Zikir » MAKAM DIRI
| MAKAM 7
Bismilahirahmanirahim
MAKAM DIRI | MAKAM 7
Segala
puji untuk allah tuhan sekalian alam dan tiada sekutu bagi nya !
dalam
kesempatan ini saya akan publikasi kan ilmu yang begitu bermanfaat dunia dan
akhirat, yaitu mengetahui MAKAM MAKAM tertentu Untuk mendekat kan diri pada
ALLAH SWT !
Perlu
juga diketahui bahwa Silsilah ini Saya kutip dari seseorang yang berhati mulia
( KI BAYU ), karna ia mau mempublikasi kan silsilah ini ! yang mau berkunjung
ke situs beliau silahkan Klik >>> Disini
Selamat
Membaca Semoga dapat di amal kan :
.
Pada diri peribadi seorang manusia terdapat “tempat” yang
disebut ” makam diri”. Tempat ini sangat penting untuk diketahui dan dipahami,
sebab apabila sebuah makam tersebut tidak pernah kita kunjungi atau tidak
pernah kita perdulikan maka bencanalah yang akan melanda diri peribadi baik di
dunia maupun di akhirat.
Kita selalu berjiarah ke makam (kuburan) orang lain,
sementara makam diri sendiri tidak pernah di jiarahi tentu naif jadinya. Makam
orang lain kita buat bersih tanpa rumput sama sekali, namun disayangkan makam
peribadi karena tidak pernah dijiarahi kondisinya penuh rumput belukar sehingga
dipastikan bersemayam segala binatang melata yang berbisa, ironisnya.
Mengapa Demikian?
Iblis laknatulloh telah besumpah dihadapan Allah bahwa Dia
tidak akan pernah tunduk kepada adam, bahkan saking antipatinya Iblis akan
terus menggoda Adam dan anak cucu Adam dengan misi menyesatkan / menjerumuskan
ke lembah nista dan menjadikan koloni sesat.
Dimanakah Mereka Bersemayam Dan Berkuasa?
Didalam wadah maksiat mereka bersemayam. Didalam wadah
Amarah mereka bersemayam, Didalam wadah takabbur mereka bertengger, dan banyak
lagi tempat mereka dapat membangun kerajaannya. Makanya jangan heran apabila
pada diri peribadi seorang manusia akan terkandung sifat-sifat tercela yang
mengotori jiwa seperti:
1.
Hasad atau Iri hati
HASAD
DENGKI, kita tentu sudah sangat familiar dengan kata-kata tersebut. Bahkan dulu
mungkin sewaktu pelajaran agama SD , kita sering memilih sifat tercela yang
satu ini ketika diminta menuliskan contoh sifat tercela. Hasad dengki sering
disebut juga dengki atau iri dan hasad. Untuk mendiagnosis gejala penyakit
hasad dengki ini sebenarnya cukup simpel, yaitu dengan cukup bertanya kepada
diri kita, apakah kita termasuk orang yang senang lihat orang susah dan
susah lihat orang senang? Nah, apabila di dalam hati kita terdapat
tanda-tanda atau sifat diatas itu maka boleh jadi kita termasuk orang yang
sedang terjangkit penyakit Hasad Dengki, sebuah penyakit diantara sekian banyak
penyakit ruhani yang amat berbahaya. Kita mesti segera mencari obatnya, sebab
kalau kita kekalkan penyakit ini di dalam hati, maka kita takut tidak selamat
di dunia terlebih di akhirat.
Tetapi
sayang hingga saat ini belum ada Rumah Sakit Spesialis Penyakit Hasad Dengki. :) Berarti ya kita mesti cari dokter ruhani alias Mursyid
yang dapat mengobati penyakit hati hati kita..
Hampir setiap orang menderita
penyakit hasad dengki ini, cuma bedanya banyak atau sedikit, bertindak atau
tidak. Dalam sebuah hadis disebutkan tentang enam golongan manusia yang
dicampakkan ke dalam neraka, satu diantaranya adalah orang atau ulama yang di
dalam hatinya terdapat hasad dengki.
Rasulullah
SAW bersabda, yang artinya : “sesungguhnya hasad dengki itu memakan kebaikan
sepertimana api memakan kayu bakar”
Orang
yang di dalam hatinya terdapat penyakit hasad dengki ini, hidupnya tidak akan
pernah bahagia, jiwanya senantiasa menderita dan tersiksa. Hatinya selalu tersiksa jika melihat orang lain lebih dari
dirinya atau mendapat nikmat serta kejayaan. Dan sebaliknya dia akan bergembira
bila orang lain susah dan gagal.
Maka
dari itu, hasad dengki inilah penyakit kronis yang merusak perpaduan dan
ukhuwah. Akan timbul di dalam masyarakat fitnah memfitnah, dendam mendendam,
buruk sangka,mengumpat, mengadu domba, dan dosa-dosa lain yang akan
menghapuskan segala kebaikan.
Seseorang
yang melayani sifat hasad dengkinya, maka pada hakikatnya dia adalah orang yang
paling biadab dengan Allah, sebab secara tidak langsung dia benci kepada Allah,
dia tidak redha pada apa yang Allah telah berikan kepada orang lain serta
kepada dirinya.Sekalipun ibadahnya banyak, tahajudnya banyak dan shalatnya
banyak.
Dalam
sebuah kisah para Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, terjemahannya
: “ wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang wanita yang berpuasa siang
hari dan shalat tahajud di malam harinya, tetapi selalu menyakiti tetangganya
dengan lidahnya”. Jawab baginda Rasulullah SAW : “ Tidak ada
kebaikan lagi baginya, ia adalah ahli neraka”.
Kemudian
dalam sebuah kisah yang lain menyebutkan, ketika Rasulullah berkumpul bersama
para Sahabatnya, tiba-tia baginda berkata, “ wahai para sahabatku, sesaat
lagi dalam majelis ini akan datang seorang pemuda ahli syurga”. Para
Sahabat pun penasaran, siapa yang akan datang ke dalam majelis tersebut, yang
Rasulullah sendiri menyebutnya sebagai pemuda ahli Syurga. Maka tak lama
setelah itu datanglah Sa’ad bin Abi Waqash ke dalam majelis itu. Rupanya
beliaulah yang disebut Rasulullah sebagai Ahli Syurga tersebut. Lantas para
sahabatpun sangat “cemburu”, bereka ingin tahu kenapa si pemuda ini disebut
sebagai ahli syurga, apa yang menjadi amal ibadahnya sehingga ia layak untuk
disebut ahli Syurga oleh Rasulullah?
Maka
selepas majelis itu, ada sahabat yang berinisiatif untuk melihat secara dekat
si pemuda tadi, akhirnya sahabat ini mengikuti si pemuda sampai rumah. Kemudian
sahabat ini meminta izin kepada si pemuda untuk menginap di rumahnya. Maka di
izinkanlah sahabat ini menginap.
Tetapi
ajaib, sepanjang hari dan sepanjang malam si sahabat ini mengamati si pemuda,
ternyata tidak ada ibadah yang istimewa pada diri si pemuda. Dia hanya
beribadah yang wajib-wajib saja, malam hari pun si pemuda ini tidak bangun
untuk shalat malam. Maka bertambah penasaranlah si sahabat, lantas bertanya, “
wahai saudaraku, engkau disebut oleh baginda Rasulullah sebagai pemuda ahli
Syurga, tetapi aku lihat tidak ada yang istimewa pada amal ibadahmu, bolehkah
aku tahu rahasia engkau?”
Si
Pemuda terkejut mendengar pertanyaan dari si sahabat, lantas merenung dan menjawab,
“mungkin yang menjadikan aku disebut ahli Syurga oleh Rasulullah adalah
bahwa hatiku tidak pernah sedikitpun hasad dengki dengan orang lain, bahkan
niat untuk hasad dengki pun aku tidak punya”
Orang
yang ibadahnya banyak pun masuk neraka karena hasad dengki, apalagi yang tidak
pernah tahajud, tidak pernah puasa sunat dan masih bergelimang dengan hasad
dengki. Kalau bentul kita beriman kepada Allah, marilah kita insyaf akan
penyakit-penyakit hati kita dan memperbaiki dengan cara MUJAHADATUNNAFSI atau
bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu yang jahat.
Diantara
tips yang mesti kita lakukan sebagai mujahadah terhadap hasad dengki ialah :
- Setiap kali orang yang kita dengki mendapat kejayaan,
maka kita ucapkan selamat kepadanya. Dan sebaliknya apabila dia tertimpa
kesusahan maka kita menumpang sedih juga atas apa yang menimpanya serta
menghiburnya.
- Sanjung, sebut dan pujilah kebaikan serta keistimewaan
orang yang kita dengki di belakang dia, dan kalau ada keburukannya kita
rahasiakan. Doakan kebaikan untuknya.
- Sering-sering bersilaturahmi serta memberi hadiah
kepada orang yang kita dengki tersebut.
- Kalau ada orang yang berusaha menjatuhkan orang yang
kita dengki itu, berusahalah untuk membelanya. Jangan melayani syeitan
yang hendak merusakkan mujahadah kita dengan mendorong kita untuk ikut
mengumpatnya.
- Berdoa kepada Allah agar dimudahkan membuang penyakit
hasad dengki yang ada dalam diri kita.
Memang
berat dan terasa pahit tetapi itulah obat, sebab selama ini Ego kita sudah
mendarah daging. Tapi obat ini mesti kita makan dan dilakukan dengan
sungguh-sungguh dan ingat selalu firman Allah dalam QS Al Ankabut :69 yang
artinya : “ dan mereka yang bermujahadah pada jalan Kami, niscaya Kami
tunjuki jalan-jalan Kami itu “.
Timbulnya hasad dengki pada orang
lain adalah karena orang lain mempunyai keistimewaan dan kelebihan lebih dari
yang kita miliki. Atau bila seseorang mendapat nikmat lebih dari kita atau bila
kita terasa seseorang telah mengalahkan kita dalam perjuangan, persaingan atau
kompetisi maka datanglah hasad dengki itu.
Sepatutnya
tidak begitu.Kalau kita beriman dengan Allah, yakin akan keadilanNya mengatur
pemberian kepada hamba-hambaNya maka kita tidak akan hasad dengki dengan orang
lain.
Firman
Allah dalam QS An Nisa: 32, yang artinya : “ janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari
sebagian yang lain”.
Allah yang melebihkan dan
mengurangkan pemberianNya kepada seseorang. Dan Allah adalah adil atas
pemberian lebih dan kurang itu. Dia bermaksud menguji kita. Siapa yang sadar
dirinya sebagai hambaNya, lalu akan sentiasa bersyukur pada nikmat yang
diperolehi, redha dengan taqdir dan sabar menunggu ujian.
Dalam hadis Qudsi, Allah berfirman
yang artinya : “ barangsiapa tidak redha terhadap takdir yang telah
berlaku dan tidak sabar terhadap cobaan dariKu, maka carilah Tuhan selain Aku “
Kalau Allah melebihkan seseorang itu
dari kita, artinya Allah mau menguji kita apakah sabar dan redhakah kita dengan
kekurangan yang Allah takdirkan. Dan kalau Allah lebihkan kita dari seseorang, artinya
Allah mau menguji kita, bersyukurkah kita terhadap nikmat itu atau sebaliknya
sombong, congkak, dan lupa diri sebagai hamba Allah.
Kalau begitu kenapa mesti hasad
dengki? Kalau masih hasad dengki juga, artinya kita tidak redha dengan Allah.
Kita tidak senang dengan peraturan-Nya dan kita tidak menerima kehendak-Nya.
Sebab itu orang yang hasad bukan saja bermusuhan dengan orang yang didengki itu
tetapi juga bermusuhan dengan Allah. Biadab dengan manusia dan biadab dengan
Allah, maka layaklah menjadi ahli Neraka.
- Haqad atau Dengki / benci
3.
Suuzzan atau Prasangka buruk
Definisi Su’udzon
a. Menurut bahasa, as-suu’u artinya:
1. Semua yang buruk atau kebalikan dari yang bagus
2. Semua yang menjadikan manusia takut, baik dari urusan dunia maupun urusan
akhirat.
Adz-dzonn menurut bahasa berarti:
1. Ragu. Allah berfirman: “Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali
tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, Maka hendaklah ia
merentangkan tali ke langit, Kemudian hendaklah ia melaluinya, Kemudian
hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang
menyakitkan hatinya.” (QS 22: 15).
2. Menyangka. Allah berfirman: “(yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas
dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik
menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan
bermacam-macam purbasangka.” (QS 33: 10).
3. Tahu yang tidak yakin. Allah berfirman: “..kamu tidak menyangka, bahwa
mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat
mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka
(hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka..” (QS 59: 2).
4. Yakin. Allah berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya,
dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS 2: 45-46)
b. Su’udzon menurut istilah: prasangka
yang menjadikan seseorang mensifati orang lain dengan sifat yang tidak
disukainya tanpa dalil.
Su’udzon dalam Pandangan Islam
a. Haram
1. Su’udzon kepada Allah. Allah berfirman: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan
orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka
tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS 6: 116)
2. Su’udzon kepada Rasul
3. Su’udzon kepada orang-orang Mukmin yang dikenal dengan kebaikannya. Allah
berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah berdosa.” (49: 12)
b. Wajib.
1. Wajib su’udzon kepada orang kafir yang terang-terangan dengan kekufurannya
dan permusuhannya kepada Allah, Rasulullah dan orang-orang Mukmin yang shaleh.
Allah berfirman:
“Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan
orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap
kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak
(pula mengindahkan) perjanjian. mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya,
sedang hatinya menolak. dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik
(Tidak menepati perjanjian).” (QS 9: 8)
2. Su’udzon kepada orang Muslim yang dikenal terang-terangan berbuat maksiat,
menghalangi jalan Allah dan tidak komitmen terhadap Islam.
Sebab- Sebab Su’udzon
1. Niatan yang buruk
2. Tidak terbiasa dalam menggunakan kaidah yang benar dalam menghukumi sesuatu.
Kaidah tersebut adalah:
a. Melihat segala sesuatu dari lahiriyahnya dan membiarkan batiniahnya menjadi
urusan Allah.
b. Selalu mendasarkan atas bukti-bukti
c. Memastikan kebenaran bukti-bukti tersebut
d. Bukti-bukti tersebut tidak saling bertentangan satu dengan yang lainnya.
3. Lingkungan yang buruk akhlaknya
4. Mengikuti hawa nafsu
5. Terjatuh dalam masalah syubhat
6. Tidak memperhatikan adab-adab Islam dalam berkomunikasi. Adab komunikasi
adalah: a) Tidak diperbolehkan berkomunikasi berdua dan lebih baik bertiga b)
Pembicaraan hendaknya dalam kebaikan dan ketaatan.
7. Mengabaikan masa kini yang baik dan hanya terpaku pada masa lalu yang buruk.
Cara Mengatasi Su’udzon
1. Membangun aqidah yang benar yang berpegang di
atas prinsip husnudzon pada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin.
2. Melakukan tarbiyah dalam rangka mengokohkan aqidah dalam diri
3. Membiasakan diri untuk komitmen dengan adab-adab Islam di dalam menghukumi
segala sesuatu.
4. Menjauhkan diri dari masalah-masalah subhat
5. Berusaha untuk berada dalam lingkungan yang baik
6. Mujahadah dan berusaha untuk mengendalikan hawa nafsu dan syahwat
7. Mempersepsikan manusia dengan realitas sekarang dan bukan masa lalunya
8. Senantiasa membaca buku-buku sejarah orang-orang yang shalih
4.
Kibir atau Sombong
TANDA, SEBAB DAN KESAN SOMBONG
Perkataan
kibir mengikut istilah bahasa Melayu, ertinya ialah sombong atau angkuh.
Pengertian dalam bahasa moden ialah ego. Mengikut syariat Islam, erti kibir
ialah membesarkan diri kerana merasakan diri mempunyai kelebihan dan
keistimewaan sehingga lupa kepada Allah dan menderhakainya. Pengertian mengikut
istilah syariat inilah yang akan dihuraikan di sini.
Sifat
kibir atau sombong atau angkuh atau ego bermakna membesarkan diri kerana hati
merasakan diri mempunyai kelebihan, keistimewaan dan kehebatan. Ia merupakan
sifat batin (mazmumah) yang paling keji. Bahkan ia adalah sifat batin yang
sangat jahat.
Dosa
dan kesalahan pertama yang dilakukan oleh makhluk Allah terhadap Allah ialah
sifat sombong. Iblis enggan sujud kepada Nabi Adam a.s. sewaktu Allah
memerintahkannya. Dia membesarkan diri lantaran merasakan dirinya lebih utama
dan lebih mulia daripada Nabi Adam a.s. Kejadiannya daripada api sedangkan Nabi
Adam a.s. daripada tanah. Itu saja penyebab yang dia rasa dirinya lebih hebat
dan istimewa.
Peristiwa
kesombongan iblis ini Allah ceritakan dalam Al Quran, firman-Nya: “Dan (ingatlah)
ketika Kami memerintahkan kepada malaikat: ‘Sujudlah kepada Ada.’ Dia (Iblis)
enggan dan membesarkan dirinya. Maka sesungguhnya dia adalah dari golongan
musyrik.” (Al Baqarah: 34)
Di
sini Allah menceritakan bagaimana keengganan iblis untuk tunduk dan taat dengan
arahan Allah. Bahkan ia membesarkan diri kerana merasa dirinya lebih hebat dan
mulia daripada Nabi Adam a.s. Maka dia menjadi kafir dan menerima kutukan Allah
dunia Akhirat. Allah keluarkan dia dari Syurga yang penuh nikmat dan menukar wajahnya
menjadi seburuk-buruk rupa. Di sinilah bermula dendamnya kepada Nabi Adam a.s.
dan anak cucu cicitnya yang tidak pernah padam sesaat pun. Jelas, daripada
penyakit sombong ini akan lahirlah penyakitpenyakit batin yang lain seperti
pemarah, pendendam dan hasad dengki.
Dari
sini lahirlah buahnya di dalam tindakan lahir seperti kasar, keras,
mengangkat-angkat diri, mengumpat dan menghina orang, menganiaya, penindasan,
diskriminasi, penzaliman dan pembunuhan. Sebab itu sombong sangat dimurkai
Allah SWT. Kesan daripada sifat sombong ini tercetus kerosakan dalam kehidupan
masyarakat seperti hilang kasih sayang, pecah per-paduan, saling berdendam,
hina-menghina, kata-mengata dan jatuh-menjatuhkan serta berbunuh-bunuhan.
Itulah kemuncaknya. Sebab itu sifat sombong ini mesti dikikisbuangkan.
Sifat
sombong ini hanya layak bagi Allah. Ia pakaian Tuhan maka makhluk tidak berhak
memakainya. Allah SWT berfirman dalam Hadis Qudsi: “Sombong itu selendang-Ku
dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa merampas salah satu darinya, Aku
lemparkan dia ke Neraka Jahannam.” (Riwayat Abu Daud)
Di
antara ayat Quran yang sangat melarang kita memakai sifat kibir ini ialah:
“Sesungguhnya orang-orang yang meyombongkan diri daripada menyembah-Ku, akan
masuk ke Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (Al Mukmin: 60) “Janganlah
kamu berjalan dengan menyombomgkan diri kerana sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak dapat menembus bumi dan ketinggianmu tidak akan melepasi gunung.” (Al
Israk: 37) “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang sombong.”
(An Nahl: 23)
Sedangkan
sifat-sifat dan nama-nama-Nya yang lain yang sebanyak 99 (Asmaul Husna) itu
tidak salah untuk hamba-hamba-Nya memilikinya. Misalnya sifat Rahman, Rahim,
Kaya, Kasih Sayang, Pemurah, Pemaaf, Alim dan lain-lain lagi. Ini dibenarkan
bahkan diperintahkan supaya kita memilikinya. Oleh kerana sifat sombong ini
menjadi punca tercetusnya penyakit-penyakit batin (mazmumah) yang lain sehingga
melahirkan kejahatan-kejahatan lahiriah yang banyak di tengah kehidupan
masyarakat, maka sombong ini sangat dikeji dan dimurkai Allah. Rasulullah SAW
juga ada mengingatkan dalam Hadis baginda tentang bahayanya sifat sombong.
“Tidak akan masuk Syurga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi
dari kesombongan.” (Riwayat Muslim)
Tidak
akan masuk Syurga, ertinya ke Nerakalah jawabnya. Dengan membawa sikap sombong,
di dunia lagi orang tidak suka dan tidak ada kedamaian jiwa. Di Akhirat terjun
ke Neraka. Sebab itu sombong ini mesti dicabut sampai ke akar umbinya hingga
tidak ada walaupun sebesar zarah, barulah kita selamat. Walhal mengikut kata
Imam Al Ghazali, sifat sombong ini hampir-hampir mustahil dapat dibuang. Oleh
itu kita mesti mengenal pasti lebih dahulu tanda-tanda penyakit ini dan sebab
atau punca-punca penyakit supaya mudah mengubati atau mengikisnya.
TANDA-TANDA
SIFAT SOMBONG
Langkah-langkah
untuk mengenal pasti adanya penyakit ini ialah melalui pergaulan sesama
manusia. Melalui pergaulan, akan dapat dikesan sifat sombong sama ada sombong
yang keterlaluan, sederhana atau ringan.
Apakah
tanda-tanda seseorang itu memiliki sifat sombong? Di antaranya:
1.
Payah menerima pandangan orang lain sekalipun hatinya merasakan pandangan orang
itu lebih baik daripadanya. Apatah lagi kalau pandangan itu datang daripada
orang yang lebih rendah daripadanya sama ada rendah umur, pangkat atau
lain-lain lagi.
2. Mudah marah atau emosional. Bila berlaku perbincangan dua hala, cepat
tersinggung atau cepat naik darah kalau ada orang tersilap atau tersalah.
3. Memilih-milih kawan. Suka berkawan hanya dengan orang yang satu ‘level’ atau
sama taraf dengannya. Manakala dengan orang bawahan atau lebih rendah
kedudukannya, dia tidak suka bergaul atau bermesra, takut jatuh status atau
darjat dirinya. Bahkan dengan orang yang sama level dengannya pun masih
dipilih-pilih lagi. Yakni dia suka dengan orang yang mahu mendengar dan
mentaati kata-katanya. Mereka inilah saja yang dia boleh bermesra, duduk sama
atau semajlis dengannya.
4. Memandang hina pada golongan bawahan.
5. Dalam perbahasan atau perbincangan, selalunya dia suka meninggikan suara
atau menguatkan suara lebih daripada yang diperlukan.
6. Dalam pergaulan dia suka kata-katanya didengari, diambil perhatian dan
diikuti. Sebaliknya di pihaknya sendiri, susah untuk mendengar cakap atau
nasihat orang lain serta tidak prihatin dengan cakap orang. Apatah lagi untuk
mengikut cakap orang lain.
7. Dalam pergaulannya, dia saja yang memborong untuk bercakap dan tidak suka
memberi peluang kepada orang lain bercakap. Kalau ada orang lain bercakap, dia
suka memotong percakapan orang itu.
8. Kalau dia jadi pemimpin, dia memimpin dengan kasar dan keras terhadap
pengikut-pengikutnya atau orang bawahannya. Ia membuat arahan tanpa timbang
rasa dan tidak ada perikemanusiaan. Kalau dia menjadi pengikut, susah pula
untuk taat dan patuh pada pemimpinnya.
9. Susah hendak memberi kemaafan kepada orang yang tersilap dengannya. Bahkan
ditengking-tengking, diherdik, dikata-kata atau dihina-hina. Di belakangnya
diumpat-umpat.
10. Kalau dia yang bersalah, susah dan berat hendak minta maaf. Rasa jatuh
wibawa bila merendah diri meminta maaf. Bahkan dia tidak mengaku bersalah.
11. Dia suka dihormati. Tersinggung kalau tidak dihormati. Tetapi dia sendiri
susah atau berat untuk menghormati orang lain.
12. Mudah berdendam dengan orang lain terutamanya bila orang itu tersilap.
13. Suka menzalimi orang sama ada secara kasar atau secara halus.
14. Kurang bermesra dengan orang kecuali terpaksa kerana perlukan orang itu
atau kerana takutkan orang itu.
15. Suka memperkatakan keburukan orang seperti mengumpat, memfitnah serta
membenci orang.
16. Kurang menghormati pemberian orang atau tidak menghargai pemberian orang
lain.
17. Suka mengangkat-angkat diri atau menceritakan kelebihan diri.
18. Suka menghina dan menjatuhkan air muka orang di hadapan orang lain.
19. Kurang menghormati nikmat-nikmat Allah. Kalau ada makanan, berlaku
pembaziran atau membuang makanan yang berlebihan. Kalau ada pakaian walaupun
masih elok dipakai tetapi suka berganti dengan yang baru. Pakaian yang lama dibuang.
Kalau ada duit lebih, suka beli barang yang tidak diperlukan. Semua itu lebih
digemari daripada memberi nikmat yang berlebihan itu kepada orang lain.
20. Kalau berdiri, lebih suka bercekak pinggang (kerana membesarkan diri).
Kalau bercakap, menepuk-nepuk meja dan suka mencemik. Kalau berjalan suka
bergaya, menghentak-hentak kaki atau berjalan membusung dada.
21. Kurang memberi simpati atau kurang menolong orang lain melainkan ada
tujuan-tujuan dunia atau kerana takut dengan orang itu.
22. Kurang minat menerima tetamu atau tidak suka jadi tetamu orang.
23. Tidak suka menyebut kelebihan-kelebihan orang lain kerana takut mencabar
dirinya.
24. Kesalahan-kesalahan orang lain dibesar-besarkan sedangkan kesalahan sendiri
didiamkan, disorokkan, buat-buat tidak tahu atau cuba mempertahankan diri
supaya orang menganggap dia tidak bersalah.
25. Sangat tidak senang dengan kejayaan atau kebolehan orang lain.
26. Dia sangat tersinggung kalau ada orang memuji-muji atau menyebut
kelebihan-kelebihan orang lain di hadapannya. Tetapi kalau dia dipuji,
terserlah pada air mukanya rasa bangga dan senang hati.
Senarai
tanda-tanda, riak-riak atau sikap-sikap di atas sudah cukup jelas untuk kita
dapat mengenali sifat sombong ini. Bila sudah dikenal pasti ertinya memudahkan
kita mengatasi atau mencabut sifat keji ini.
SEBAB-SEBAB
SOMBONG
Sebelum
mencabut sifat sombong yang keji ini perlu kita tahu kenapa sifat ini boleh
berlaku. Ini juga merupakan faktor pem-bantu untuk memudahkan kita mengikis
sifat ini. Macamlah jerawat yang ada di pipi. Kalau kita kenal tanda jerawat,
kemudian tahu kenapa boleh timbul jerawat, barulah mudah untuk kita mengubat
jerawat itu.
Faktor-faktor
penyebab yang menjadikan seseorang itu memiliki sifat-sifat sombong, di
antaranya ialah:
1. Memiliki kuasa, sama ada dia memiliki kuasa besar atau kecil. Kuasa besar
itu seperti jadi raja, presiden, perdana menteri, gabenor dan lain-lain lagi.
Kuasa kecil seperti jadi pegawai, D.O., penghulu, guru besar, guru-guru dan
lain-lain lagi. Kuasa yang ada itu mendorongnya menjadi sombong.
2. Mempunyai ilmu pengetahuan sama ada pengetahuan tentang dunia atau
pengetahuan tentang Akhirat. Sama ada pengetahuan di banyak bidang atau di satu
bidang. Ini jadi pendorong seseorang itu menjadi sombong kerana dia rasa lebih
pandai daripada orang lain.
3. Mempunyai harta kekayaan. Harta juga mendorong seseorang itu menjadi
sombong.
4. Mempunyai kegagahan iaitu orang yang mempunyai kekuatan fizikal atau
mempunyai kepandaian dalam mempertahankan diri seperti tinju, gusti, tae kwan
do, silat dan lain-lain lagi. Ini juga mendorongnya menjadi sombong.
5. Keturunan. Ada orang jadi sombong kerana berketurunan bangsawan,
berketurunan ulama dan lain-lain lagi, lantas merasa diri mulia serta memandang
orang lain hina berbanding dengan dirinya.
6. Sebab-sebab yang lain seperti berwajah tampan dan cantik, disayangi oleh
orang besar, disayangi suami, disayangi oleh ibu ayah dan lain-lain lagi. Ini
juga pendorong menjadi sombong.
7. Bukan sebab-sebab yang di atas tadi, tapi mungkin dia orang miskin atau
orang jahil atau orang hodoh atau orang cacat atau orang lemah sedangkan dia
tetap sombong. Ini dikatakan bodoh sombong. Orang ini walaupun tidak ada sebab
khusus untuk dia berlaku sombong tetapi oleh kerana benih sifat sombong yang
semula jadi ada dalam diri itu tidak terdidik dan tidak cuba untuk
dikikisbuangkan atau tidak dicabut, bahkan disuburkan, maka tetaplah dia dengan
sikap sombongnya.
Golongan
yang sombong di taraf ini bilamana tidak sedar atau tidak kenal dirinya yang
sebenar, inilah yang jadi pendorong dia bersifat sombong. Kalau begitu ada
golongan manusia yang sombongnya bersebab dan ada pula golongan manusia yang
sombongnya tidak bersebab. Tetapi kebanyakan manusia itu sombongnya bersebab,
seperti yang disebutkan di atas tadi. Bersebab atau tidak, sifat sombong tetap
mesti dicabut dan dibuang. Jika tidak, ia akan memberi kesan yang buruk di
tengah kehidupan masyarakat.
KESAN
SIFAT SOMBONG
Di
antara kesan sifat sombong ialah:
1.
Orang benci kepadanya. Fitrah semula jadi manusia tidak suka kepada orang yang
bersifat sombong ini. Hati yang benci-membenci tentulah tidak ada kasih sayang,
akhirnya tidak wujud perpaduan. Ini bererti umat Islam tidak ada kekuatan.
Risikonya, Islam menjadi lemah, lumpuh dan runtuh kerana tidak ada pautan hati
antara satu sama lain. Ini sangat merugikan umat Islam dan Islam sendiri.
Maknanya, apabila sifat sombong dimiliki bersama, semuanya bersalah dan berdosa
sehingga menyebabkan tamadun roh dan tamadun material tidak dapat dibangunkan.
2.
Mudah marah, di mana kebiasaannya kemarahan akan berakhir dengan perbalahan dan
pergaduhan.
3.
Bilamana wujud sifat sombong, lahirlah penyakit yang berikutnya iaitu mudah
berdendam, hasad dengki dengan manusia, mudah hendak bertindak balas di atas
kesilapan orang lain. Kadang-kadang belum tentu silapnya, dia telah gopoh-gapah
bertindak. Mudah pula sakit hati terhadap kejayaan dan kebolehan orang lain
sehingga berusaha se-daya upaya untuk merosakkan atau menjatuhkan orang itu.
Akhirnya tentulah timbul permusuhan sesama manusia. Lebih besar dari itu, akan
berakhir dengan peperangan dan pembunuhan bilamana berlaku tindak balas
daripada orang lain atau golongan lain pula.
Kesombongan
sangat membahayakan masyarakat manusia dan dunia seluruhnya. Lantaran ini Allah
sangat murka dan Allah tempatkan mereka ini di Neraka bersama Firaun, Namrud,
Hamman dan lain-lain orang yang zalim dan angkuh itu.
Memandangkan
betapa merbahayanya penyakit ini maka usaha-usaha lahir mesti dibuat untuk
membendungnya. Beberapa panduan dan kaedah diberi untuk mengikisbuang dan
mengubatinya secepat mungkin secara serius supaya kita tidak terus mengidap
penyakit yang mengerikan ini.
Di
antara cara-caranya ialah:
1.
Ada ilmu tentang sifat-sifat mazmumah.
Adanya ilmu ibarat ada cahaya yang mampu menyuluh sifat-sifat mazmumah di dalam
diri itu termasuk sifat kibir atau sombong. Perlunya ilmu kerana ia merupakan
sifat batiniah yang sesetengah orang payah mengesannya tetapi mudah pula
dikesan oleh orang lain.
2.
Bawa berfikir selalu tentang kejadian manusia.
Sedarkan hati kita bahawa soal kejadian manusia itu adalah sama. Yakni daripada
tanah dan mati kembali ke tanah semula. Walau bagaimana hebat sekalipun
seseorang itu, kejadiannya sama dengan orang lain. Kejadian yang pertama
asalnya daripada tanah. Walaupun berdarjat, berpangkat, berkuasa, berharta,
berilmu, sama ada yang alim atau tidak, yang kaya atau miskin, yang cantik atau
buruk, namun mereka semuanya sama. Samasama berasal daripada tanah.
Lihatlah
raja-raja besar seperti Firaun. Walau bagaimana hebatnya dia sehingga mengaku
dirinya tuhan, di manakah dia sekarang? Bukankah dia tidak dapat mempertahankan
kehebatannya, akhirnya mati dan kembali ke tanah! Jadi untuk apa
dibangga-banggakan dengan kehebatan dan keistimewaan masing-masing. Sedangkan
semuanya setaraf, yakni berasal daripada tanah dan akhirnya kembali ke tanah
jua. Tidak mampu untuk memanjangkan umur sendiri.
3.
Fikirkan dan sedarkan hati kita bahawa kejadian manusia yang kedua adalah
daripada air mani yang hina.
Kalau diperlihatkan kepada manusia, amat jijik dan benci sekali untuk
melihatnya. Ertinya, kejadian manusia itu tidak ada beza di antara satu sama
lain, sama ada orang kaya, orang berilmu, pembesar atau lain-lain lagi,
semuanya berasal daripada air mani yang hina. Kalaulah orang kaya berasal
daripada intan, pembesar daripada emas, orang berilmu daripada berlian dan
orang biasa berasal daripada air mani, boleh jugalah berbanggabangga. Ini
tidak, semuanya berasal daripada benda yang sama iaitu air mani yang hina. Dari
segi kejadian, tidak ada perbezaan apa-apa pun. Jadi untuk apa kita
berbangga-bangga dengan keistimewaan diri pada orang lain?
4.
Melihat respon orang lain terhadap kita.
Dalam pergaulan hidup, dapat dikesan respon orang lain kepada kita. Kalau kita
sombong, semua orang akan benci. Anak isteri tidak suka, jiran-jiran meluat,
kenalan renggang dan pengikut tidak suka. Apa pendapat kita? Adakah untung kita
mempertahankan sikap begitu? Apalah indahnya! Bukankah kita dapat rasakan
betapa buruk padahnya akibat mempertahankan penyakit keji dan jahat ini.
Lebih-lebih lagi kerja kita tidak semua kita mampu uruskan sendiri. Lagi tinggi
pangkat dan darjat, lagi banyak urusan kerja yang perlu dibereskan, dibantu
oleh tenaga-tenaga orang lain sama ada secara langsung mahupun tidak langsung.
Oleh
itu pertolongan, bantuan dan titik peluh orang lain tidak boleh kita lupakan.
Kalau tidak ada mereka ertinya kita tidak jadi hebat dan kaya. Kalau begitu
untuk apa kita rasa lebih istimewa?
Bilamana
orang sudah benci, di waktu-waktu tertentu seperti waktu sakit atau waktu
kematian atau kecemasan, masyarakat akan pulaukan. Atau lambat-lambatkan
bantuan atau tidak beri bantuan supaya kita terasa susah lebih dahulu. Ini
semua hasil dari mereka sakit hati dengan sifat sombong kita itu.
5.
Ambil iktibar dari pengalaman hidup.
Apabila
ada kelebihan, keistimewaan dan kehebatan, bolehkah bersifat sombong? Cuba
fikirkan kejadian-kejadian yang berlaku dalam pengalaman hidup seharian. Apakah
kita berkuasa mengelakkan diri daripada sakit? Apakah kita mampu melawan kuasa
tentera Allah yang dihantar melalui bencana alam dan lain-lain lagi? Apakah
anda mampu melawan kematian dengan kesombongan dan kekibiran itu? Tentu tidak!
Kalau begitu kenapa kita merasakan lebih istimewa daripada orang lain? Walhal
tidak ada keistimewaan apa-apa pun yang menjadi milik kita. Semua itu Allah
pinjamkan sekejap. Jadi tidak ada apa-apa pun kehebatan kita jika dibandingkan
dengan orang lain. Kadang-kadang Allah beri kita kelebihan ilmu, kekayaan,
pangkat dan lain-lain, tapi dalam masa yang sama kitalah yang paling banyak
mengidap sakit. Misalnya sakit jantung, kencing manis, darah tinggi dan
lain-lain sehingga kelebihan dan keistimewaan-keistimewaan itu semuanya tidak
ada erti apaapa lagi. Akhirnya, nikmat yang dikumpul-kumpulkan sekian lama,
tidak dapat dinikmati sendiri tetapi dinikmati oleh orang lain. Oleh itu untuk
apa dibangga-banggakan dengan kehebatan yang ada itu?
6.
Ingat azab Allah untuk orang yang sombong.
Cubalah renungkan. Ingatkanlah di hati bahawa sombong ini sangat dimurkai oleh
Allah. Kita dianggap sudah merampas pakaian-Nya. Akibatnya, kita akan
dicampakkan ke Neraka yang panas apinya 70 kali ganda kekuatan api dunia dan
dalamnya 70 ribu tahun perjalanan baru sampai ke dasarnya.
Ingatkan
Neraka yang keseluruhannya api. Di atasnya api, di bawahnya api, di kiri api,
di kanan api, di depan api, di belakang api yang memakan dan menghanguskan
daging-daging dan tulang-belulang. Kemudian diganti lagi dengan tubuh yang baru
dan diseksa lagi. Begitulah berulang-ulang berlaku sepanjang masa. Walhal di
waktu itu kita dibelenggu kaki dan tangan serta dicemeti berterusan oleh
malaikat Zabaniah. Bau Neraka yang busuk itu tidak dapat digambarkan. Kalaulah
ditakdirkan bau itu tercium oleh penduduk dunia, akan matilah semua lantaran
busuknya.
Perkara-perkara
di atas tadi perlu difikir-fikirkan, direnung-renungkan dan diulang-ulang
memikirkannya. Diingat selalu dalam hati hingga tidak dapat dilupakan lagi.
Kesannya nanti akan timbul rasa malu dan takut untuk kita bersikap ego dengan
Tuhan dan dengan manusia. Dengan cara-cara atau kaedah ini moga-moga membantu
kita mudah untuk bermujahadah menumpaskan sombong ini. Harapan kita moga-moga
Allah sentiasa memimpin kita agar menjadi hamba-hamba-Nya yang merendah diri.
- Ujub atau Merasa sempurna diri dari orang lain
Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika
kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki
orang lain.
Ujub (kagum) menyebabkan dirinnya suka
memuji dirinnya sendiri, menyangjungnya, menganggapnya lebih baik dari pada
pihak lain dan bahkan menganggapnya suci. Allah melarang seseorang yang
menganggap suci dirinya sendiri.
“maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci.
Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (An-Najm
{53}: 32).
Siapapun yang merasa takjub dengan dirinnya sendiri,
pendapatnya, kemampuannya,amal, pikirannya, dll, hal itu akan menghalanginnya
dari mengambil manfaat, saran, kritik, dan nasehat dari orng lain. Ia merasa
hebat, keren, pintar, dan menganggap remeh orng lain dimana apabila ada ide
atau karya orng lain yg lebih baik ia tidak menyukainnya dan menganggap orng
itu bodoh,remeh, rendah, dll.
Ibnul Mubarok pernah berkata, “Perasaan ‘ujub
adalah ketika engkau merasa bahwa dirimu memiliki kelebihan tertentu yang tidak
dimiliki oleh orang lain.”
Imam Al Ghozali menuturkan, “Perasaan ‘ujub
adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri,
tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Alloh SWT.”
Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu
yang tidak dimiliki oleh orang lain, tetapi milik siapakah semua kelebihan itu
? Allohk berfirman :
“Bagi Alloh semua kerajaan langit dan bumi dan
apa yang ada di antaranya.” (QS. Al Maidah : 120)
Maksud dari ayat di atas adalah apapun yang kita
miliki, semuanya adalah milik Alloh yang dipinjamkan kepada kita agar kita
dapat memanfaatkannya dan sebagai ujian bagi kita. Tidak seorangpun yang
memiliki sesuatu di alam semesta ini walaupun sekecil atom kecuali Alloh k.
Faktor Penyebab Timbulnya ‘Ujub
Ada beberapa hal yang bisa menimbulkan perasaan
‘ujub di hati setiap orang, di antaranya adalah :
1. Banyak dipuji orang
Pujian seseorang secara langsung kepada orang
lain, dapat menimbulkan perasaan ‘ujub dan egois pada diri orang yang
dipujinya. Makin lama perasaan itu akan menumpuk dalam hatinya, maka ia akan
semakin dekat kepada kebinasaan dan kegagalan sedikit demi sedikit. Karena
orang yang mempercayai pujian itu akan selalu merasa bangga dan dirinya punya
kelebihan, sehingga menjadikannya malas untuk berbuat kebajikan. Rosululloh
pernah terkejut ketika melihat seseorang yang memuji orang lain secara
langsung, sampai-sampai beliau bersabda, “Sungguh dengan pujianmu itu, engkau
dapat membinasakan orang yang engkau puji. Jikalau ia mendengarnya, niscaya ia
tidak akan sukses.”
2. Banyak meraih kesuksesan
Seseorang yang selalu sukses dalam meraih
cita-cita dan usahanya, akan mudah dirasuki perasaan ‘ujub dalam hatinya,
karena ia merasa bisa mengungguli orang lain yang ada di sekitarnya dan tidak
menyadari bahwa segala sesuatu yang diraihnya adalah atas kehendak Alloh yang
Maha Kuasa.
3. Kekuasaan
Setiap penguasa biasanya mempunyai kebebasan
bertindak tanpa ada protes dari orang yang ada di sekelilingnya, dan banyak
orang yang kagum dan memujinya. Fenomena semacam ini akan menyebabkan hati
seseorang mudah dimasuki perasaan ‘ujub. Seperti kisah Raja Namrud yang
menyebut dirinya sebagai Tuhan, karena dia menjadi seorang penguasa. Dan
seandainya di lemah dan miskin, tentulah tidak akan menyebut dirinya sebagai Tuhan.
4. Tersohor di kalangan orang banyak
Tersohor di kalangan orang banyak merupakan
cobaan besar bagi diri seseorang. Karena semakin banyak yang mengenalnya, maka
dia semakin kagum terhadap dirinya sendiri. Semuanya itu akan memudahkan
timbulnya perasaan ‘ujub pada hati seseorang.
5. Mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang
tinggi
Orang yang mempunyai intelektualitas dan kecerdasan
yang lebih, biasanya merasa bangga dengan dirinya sendiri dan egois, karena
merasa mampu dapat menyelesaikan segala permasalahan kehidupannya tanpa campur
tangan orang lain. Kondisi seperti itu akan melahirkan sikap otoriter dengan
pendapatnya sendiri. Tidak mau bermusyawarah, menganggap bodoh orang-orang yang
tak sependapat dengannya, dan melecehkan pendapat orang lain.
6. Memiliki kesempurnaan fisik
Orang yang memiliki kesempurnaan fisik seperti
suara bagus, cantik, postur tubuh yang ideal, tampang ganteng dan sebagainya,
lalu ia memandang kepada kelebihan dirinya dan melupakan bahwa semua itu adalah
nikmat Alloh yang bisa lenyap setiap saat, berarti orang tersebut telah
kemasukan sifat ‘ujub.
7. Lalai atau tidak memahami hakikat dirinya
sendiri.
Apabila seseorang lalai atau tidak memahami
hakikat bahwa dirinya berasal dari air yang hina serta akan kembali ke dalam
tanah, kemudian menjadi bangkai, maka orang seperti ini akan mudah merasa bahwa
dirinya hebat. Perasaan seperti ini akan diperkuat oleh bisikan setan yang pada
akhirnya akan muncul sifat kagum terhadap diri sendiri.
8. Faktor Lingkungan dan Keturunan
Yaitu keluarga dan lingkungan tempat seseorang
itu tumbuh. Seorang insan biasanya tumbuh sesuai dengan polesan tangan kedua
orang tuanya. Ia akan menyerap kebiasaan-kebiasaan keduanya atau salah satunya
yang positif maupun negatif, seperti sikap senang dipuji, selalu menganggap
diri suci dll.
9. Sanjungan dan Pujian yang Berlebihan
Sanjungan berlebihan tanpa memperhatikan etika
agama dapat diidentikkan dengan penyembelihan, seba-gaimana yang disebutkan
dalam sebuah hadits. Sering kita temui sebagian orang yang terlalu berlebihan
dalam memuji hingga seringkali membuat yang dipuji lupa diri.
10.Bergaul Dengan Orang yang Terkena Penyakit
Ujub
Tidak syak lagi bahwa setiap orang akan melatahi
tingkah laku temannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri
bersabda:
“Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang
jahat adalah seperti orang yang berteman dengan penjual minyak wangi dan pandai
besi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Teman akan membawa pengaruh yang besar dalam
kehidupan seseorang.
11. Kufur Nikmat dan Lupa Kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala
Begitu banyak nikmat yang diterima seorang hamba,
tetapi ia lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberinya nikmat
itu. Sehingga hal itu menggiringnya kepada penyakit ujub, ia membanggakan
dirinya yang sebenarnya tidak pantas untuk dibanggakan. Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah menceritakan kepada kita kisah Qarun;
“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya
diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (Al-Qashash: 78)
12. Menangani Suatu Pekerjaan Sebelum Matang
dalam Menguasainya dan Belum Terbina dengan Sempurna
Demi Allah, pada hari ini kita banyak mengeluhkan
problematika ini, yang telah banyak menimbulkan berbagai pelanggaran. Sekarang
ini banyak kita temui orang-orang yang berlagak pintar persis seperti kata
pepatah ‘sudah dipetik sebelum matang’. Berapa banyak orang yang menjadi korban
dalam hal ini! Dan itu termasuk perbuatan sia-sia. Yang lebih parah lagi adalah
seorang yang mencuat sebagai seorang ulama padahal ia tidak memiliki ilmu sama
sekali. Lalu ia berkomentar tentang banyak permasalahan, yang terkadang ia
sendiri jahil tentang hal itu. Namun ironinya terkadang kita turut menyokong
hal seperti ini. Yaitu dengan memperkenalkannya kepada khalayak umum. Padahal
sekarang ini, masyarakat umum itu ibaratnya seperti orang yang menganggap emas
seluruh yang berwarna kuning. Kadangkala mereka melihat seorang qari yang merdu
bacaannya, atau seorang sastrawan yang lihai berpuisi atau yang lainnya, lalu
secara membabi buta mereka mengambil segala sesuatu dari orang itu tanpa
terkecuali meskipun orang itu mengelak seraya berkata: “Aku tidak tahu!”
Perlu diketahui bahwa bermain-main dengan sebuah
pemikiran lebih berbahaya daripada bermain-main dengan api. Misalnya beberapa
orang yang bersepakat untuk memunculkan salah satu di antara mereka menjadi
tokoh yang terpandang di tengah- tengah kaumnya, kemudian mengadakan acara
penobatannya dan membuat-buat gelar yang tiada terpikul oleh siapa pun. Niscaya
pada suatu hari akan tersingkap kebobrokannya. Mengapa!? Sebab perbuatan
seperti itu berarti bermain-main dengan pemikiran. Sepintas lalu apa yang
mereka ucapkan mungkin benar, namun lambat laun masyarakat akan tahu bahwa
mereka telah tertipu
13. Jahil dan Mengabaikan Hakikat Diri (Lupa
Daratan)
Sekiranya seorang insan benar-benar merenungi
dirinya, asal-muasal penciptaannya sampai tumbuh menjadi manusia sempurna,
niscaya ia tidak akan terkena penyakit ujub. Ia pasti meminta kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala agar dihindarkan dari penyakit ujub sejauh-jauhnya. Salah
seorang penyair bertutur dalam sebuah syair yang ditujukan kepada orang-orang
yang terbelenggu penyakit ujub:
“Hai orang yang pongah dalam keangkuhannya.
Lihatlah tempat buang airmu, sebab kotoran
itu selalu hina. Sekiranya manusia merenungkan apa yang ada dalam perut mereka,
niscaya tidak ada satupun orang yang akan menyombongkan dirinya, baik pemuda
maupun orang tua.Apakah ada anggota tubuh yang lebih dimuliakan selain
kepala?Namun demikian, lima macam kotoranlah yang keluar darinya!
Hidung beringus sementara telinga baunya
tengik.
Tahi mata berselemak sementara dari mulut
mengalir air liur. Hai bani Adam yang berasal dari tanah, dan bakal dilahap
tanah, tahanlah dirimu (dari kesombongan), karena engkau bakal menjadi santapan
kelak.
Penyair ini mengingatkan kita pada asal muasal
penciptaan manusia dan keadaan diri mereka serta kesu-dahan hidup mereka. Maka
apakah yang mendorong mereka berlagak sombong? Pada awalnya ia berasal dari
setetes mani hina, kemudian akan menjadi bangkai yang kotor sedangkan semasa
hidupnya ke sana ke mari membawa kotoran.
14. Berbangga-bangga dengan Nasab dan
Keturunan
Seorang insan terkadang memandang mulia diri-nya
karena darah biru yang mengalir di tubuhnya. Ia menganggap dirinya lebih utama
dari si Fulan dan Fulan. Ia tidak mau mendatangi si Fulan sekalipun
berkepentingan. Dan tidak mau mendengarkan ucapan si Fulan. Tidak syak lagi,
ini merupakan penyebab utama datangnya penyakit ujub.
Dalam sebuah kisah pada zaman kekhalifahan Umar
radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa ketika Jabalah bin Al-Aiham memeluk Islam,
ia mengunjungi Baitullah Al-Haram. Sewaktu tengah melakukan thawaf, tanpa
sengaja seorang Arab badui menginjak kainnya. Tatkala mengetahui seorang Arab
badui telah menginjak kainnya, Jabalah langsung melayangkan tangannya memukul
si Arab badui tadi hingga terluka hidungnya. Si Arab badui itu pun melapor
kepada Umar radhiyallahu ‘anhu mengadukan tindakan Jabalah tadi. Umar
radhiyallahu ‘anhu pun memanggil Jabalah lalu berkata kepadanya: “Engkau harus
diqishash wahai Jabalah!” Jabalah membalas: “Apakah engkau menjatuhkan hukum
qishash atasku? Aku ini seorang bangsawan sedangkan ia (Arab badui) orang
pasaran!” Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Islam telah menyamaratakan antara
kalian berdua di hadapan hukum!”
Tidakkah engkau ketahui bahwa:
Islam telah meninggikan derajat Salman seorang
pemuda Parsi
Dan menghinakan kedudukan Abu Lahab karena syirik
yang dilakukannya.
Ketika Jabalah tidak mendapatkan dalih untuk
melepaskan diri dari hukuman, ia pun berkata: “Berikan aku waktu untuk
berpikir!” Ternyata Jabalah melarikan diri pada malam hari. Diriwayatkan bahwa
Jabalah ini akhirnya murtad dari agama Islam, lalu ia menyesali perbuatannya
itu. Wal ‘iyadzubillah
15. Berlebih-lebihan dalam Memuliakan dan
Menghormati
Barangkali inilah hikmahnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melarang sahabat-sahabat beliau untuk berdiri
menyambut beliau. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri
menyambutnya, maka bersiaplah dia untuk menempati tempatnya di Neraka.” (HR.
At-Tirmidzi, beliau katakan: hadits ini hasan)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
“Janganlah kamu berdiri menyambut seseorang
seperti yang dilakukan orang Ajam (non Arab) sesama mereka.” (HR. Abu Dawud dan
Ibnu Majah dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu)
16. Lengah Terhadap Akibat yang Timbul dari
Penyakit Ujub
Sekiranya seorang insan menyadari bahwa ia hanya
menuai dosa dari penyakit ujub yang menjangkiti dirinya dan menyadari bahwa
ujub itu adalah sebuah pelanggaran, sedikitpun ia tidak akan kuasa bersikap
ujub. Apalagi jika ia merenungi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
”Sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan
dikumpulkan pada hari Kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia.” Ada
seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu ingin agar
baju yang dikenakannya bagus, sandal yang dipakainya juga bagus?” Rasulullah
menjawab: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan menyukai keindahan, hakikat
sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim
dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu) awal hadits berbunyi: “Tidak akan
masuk Surga orang yang terdapat sebesar biji zarrah kesombongan dalam hatinya).
Bahaya ‘Ujub
Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret
kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Diantara
dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah :
1. Membatalkan pahala
Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal
kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia. Karena
Alloh tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas
karena-Nya. Rosululloh n bersabda :
“Tiga hal yang membinasakan : Kekikiran yang
diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar dan kekaguman seseorang pada dirinya
sendiri.” (HR. Thobroni).
2. Menyebabkan Murka Alloh
Nabi n bersabda, “Seseorang yang menyesali
dosanya, maka ia menanti rahmat Alloh. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka
ia menanti murka Alloh.” (HR. Baihaqi)
Perasaan ‘ujub menyebabkan murka Alloh, karena
‘ujub telah mengingkari karunia Alloh yang seharusnya kita syukuri.
3. Terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya)
dan takabur.
Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa
melakukan instropeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan
menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa meremehkan orang lain atau
merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau menghormati orang
lain. Itulah yang disebut takabur. Nabi n bersabda, ” Tidak akan masuk surga
seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya
sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)
4. Gensi menerima masukan, sehingga sulit
menerima taushiyyah, semakin keras hati dan keras kepala
5. Menyebabkan mengumbar nafsu dan melupaka
dosa-dosa
Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan
selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba
kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak
merasa kalau dirinya telah berbuat dosa. Nabi bersabda, “Andaikan kalian tidak
pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa
yang lebih besar, yaitu perasaan ujub.” (HR. Al Bazzar).
6. Menyebabkan orang lain membenci pelakunya.
Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang
yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri dan sombong. Oleh karena itu,
orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun
luas ilmunya dan terpandang kedudukannya. Syeikh Mustofa As Sibai berkata,
“Separuh kepandaian yang disertai tawadhuk lebih disenangi oleh orang banyak
dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang
disertai kecongkakan.”
8. Menyebabkan Su’ul Khotimah dan kerugian di
Akherat
Nabi n bersabda, “Tidak akan masuk surga orang
yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan
pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)
Orang yang mempunyai sifat ‘ujub biasanya suka
menyebut-nyebut kembali sesuatu yang sudah diberikan.
Umar a pernah berkata,”Siapapun yang mengakui
dirinya berilmu, maka ia seorang yang bodoh dan siapapun yang mengaku dirinya
akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka.”
Qotadah berkata, “Barangsiapa yang diberi
kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak
bersikap tawadhuk, maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari
kiamat.”
9. Jatuh dalam jerat-jerat kesombongan
Sebab ujub merupakan pintu menuju kesombongan.
10. Dijauhkan dari pertolongan Allah
Allah Subahanahu Wata’ala berfirman:
“Orang-orang yang berjihad (untuk mencari
keri-dhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami.” (Al-Ankabut: 69)
11. Terpuruk dalam menghadapi berbagai krisis
dan cobaan kehidupan.
Bila cobaan dan musibah datang menerpa,
orang-orang yang terjangkiti penyakit ujub akan berteriak: ‘Oii teman-teman,
carilah keselamatan masing-masing!’ Berbeda halnya dengan orang-orang yang
teguh di atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka tidak akan melanggar
rambu-rambu, sebagaimana yang dituturkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Siapakah yang mampu lari dari hari kematian?
<p>Bukankah hari kematian hari yang
telah ditetapkan?</p> <p>Bila sesuatu yang belum ditetapkan, tentu
aku dapat lari darinya.</p> Namun siapakah yang dapat menghindar dari
takdir?
12. Dibenci dan dijauhi orang-orang
Tentu saja, seseorang akan diperlakukan
sebagaimana ia memperla-kukan orang lain. Jika ia memperlakukan orang lain
dengan baik, niscaya orang lain akan membalas lebih baik kepadanya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apabila kamu dihormati dengan suatu
penghor-matan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau
balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisa’: 86)
Namun seseorang kerap kali meremehkan orang lain,
ia menganggap orang lain tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Tentu saja
tidak ada orang yang senang kepadanya. Sebagaimana kata pepatah ‘Jika engkau
menyepelekan orang lain, ingatlah! Orang lain juga akan menyepelekanmu’
13. Azab dan Pembalasan Cepat ataupun
Lambat
Seorang yang terkena penyakit ujub pasti akan
merasakan pembalasan atas sikapnya itu. Dalam sebuah hadits disebutkan:
“Ketika seorang lelaki berjalan dengan
mengenakan pakaian yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia takjub pada
dirinya sendiri, seketika Allah membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi
sampai hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhari)
Hukuman ini dirasakannya di dunia akibat sifat
ujub. Seandainya ia lolos dari hukuman tersebut di du-nia, yang jelas amalnya
pasti terhapus. Dalilnya adalah hadits yang menceritakan tentang seorang yang
bersumpah atas nama Allah bahwa si Fulan tidak akan diampuni, ternyata Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengampuni si Fulan dan menghapus amalnya sendiri.
Dengan begitu kita harus berhati-hati dari sifat
ujub ini, dan hendaknya kita memberikan nasihat kepada orang-orang yang terkena
penyakit ujub ini, yaitu orang-orang yang menganggap hebat amal mereka dan
menyepelekan amal orang lain. Allahu A’lam.
Cara menanggulangi Penyakit ‘ujub
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap
orang muslim agar dirinya terhindar dari penyakit ‘ujub, diantaranya adalah :
1. Selalu mengingat akan hakikat diri
Orang yang kagum pada diri sendiri hendaknya
sadar bahwa nyawa yang ada dalam tubuhnya semata-mata anugerah Alloh l.
Andaikan nyawa tersebut meninggalkan badannya, maka badan tidak ada harganya
lagi sama sekali. Dia harus sadar bahwa tubuhnya pertama-tama dibuat dari tanah
yang diinjak-injak manusia dan binatang, kemudian dari air mani yang hina, yang
setiap orang merasa jijik melihatnya, lalu kembali lagi ke tanah dan menjadi
bangkai yang berbau busuk dan setiap orang tidak suka mencium baunya.
2. Selalu sadar akan hakikat dunia dan akherat
Hendaklah seseorang selalu sadar bahwa dunia
adalah tempat menanam kebahagiaan kehidupan akherat. Dia harus sadar bahwa
sekalipun umurnya panjang, namun tetap akan mati, kemudian hidup di sebuah
kampung abadi yaitu akherat. Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang
untuk meluruskan akhlaknya yang bengkok, sebelum nafasnya meninggalkan jasadnya
dan sebelum hilang kesempatan untuk bertaubat.
3. Selalu mengingat nikmat Alloh
Alloh l berfirman :
“Dan jika kamu menghitung nikmat Alloh, niscaya
kamu tidak akan dapat menghitungnya.” (QS. Ibrohim : 34)
Dengan kesadaran seperti ini, seseorang akan
merasa lemah dan merasa butuh kepada Alloh, sehingga dia akan membersihkan diri
dari penyakit kagum diri dan berusaha terhindar darinya.
4. Selalu ingat tentang kematian dan kehidupan
setelah mati
Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang
meninggalkan perasaan kagum diri karena takut akan berbagai kesengsaraan hidup
setelah mati.
5. Tidak berkawan dengan orang yang kagum diri
Sebaiknya, berkawanlah dengan orang-orang yang
tawadhuk dan memahami status dirinya. Hal semacam itu sangat membantu seseorang
untuk meninggalkan perangai buruk kagum diri.
6. Memperhatikan keadaan orang yang sedang sakit,
bahkan keadaan orang yang meninggal dunia, ziarah kubur dan merenungkan keadaan
ahli kubur
Cara semacam ini akan mendorong seseorang untuk
meninggalkan perasaan kagum diri dan panyakit hati lainnya.
7. Selalu bermuhasabah (Introspeksi diri)
Dengan demikian, mudah dideteksi gejala awal dari
segala bentuk penyakit hati, terutama penyakit kagum diri. Dengan demikian,
penyakit ini akan mudah diobati.
8. Selalu memohon bantuan dari Alloh
Dengan cara berdoa dan senantiasa memohon
perlindungan dari-Nya agar terhindar dari penyakit kagum diri dan tidak
terjerumus ke dalamnya.
9. Penyembuhan dengan Al Qur’an
Al Qur’an sangat mujarab untuk mengobati berbagai
penyakit hati, khususnya penyakit ‘ujub dan berbagai sebabnya. Karena Al Qur’an
telah mengenalkan diri kita kepada Alloh, dan Al Qur’an juga telah mengenalkan
diri kita kepada kita, yaitu kelemahan, kemiskinan, dan kebutuhan kepada Alloh.
Maka tidaklah pantas jika seseorang mengagumi dirinya sendiri sementara dia
adalah makhluk yang tak mampu berdiri sendiri. Al Qur’an juga telah
mengingatkan kita akan akibat dari penyakit ‘ujub, sombong, dan bangga diri.
Seperti halnya kisah Fir’aun, Qorun, dan lain sebagainya
6.
Riya atau Mempamerkan kelebihan
A. Definisi
Riya’ adalah seseorang beramal shalih dengan maksud untuk dilihat/dipuji oleh
orang lain.
B. Sebab Timbulnya Riya’
Riya’ ditimbulkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
• Senang karena lezatnya pujian orang lain.
• Lari dari celaan.
• Rakus akan apa yang diperoleh/terdapat pada orang lain.
C. Sebab Bahayanya Riya’
• Lebih berbahaya dari fitnah Dajjal.
• Riya’ menjadi sebab azab di Neraka.
• Riya’ adalah cirri perbuatan orang-orang Munafiq.
D. Macam-macam Riya’
• Seorang hamba dalam beribadah menginginkan selain Allah.
Dia senang orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia tidak menunjukkan
keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini termasuk jenis nifaq.
• Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya
ikhlas karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka ia bertambah
giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini termasuk perbuatan syirik
tersembunyi.
• Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas karena Allah
dan sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir ibadahnya dipuji
oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian manusia tersebut serta ia
mendapatkan apa yang diinginkannya (dunia, missal: dengan memperoleh kedudukan
di masyarakat dll).
• Riya’ badaniyah, yaitu perbuatan riya’ dengan
menampakkan badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut
sebagai orang ABID (Ahli Ibadah).
• Riya’ dari sisi penampilan atau model. Seperti orang
yang berpenampilan compang-camping agar ia dilihat seperti orang yang
berlaku/berbuat zuhud 1).
• Riya’ pada ucapan, misal orang yang memberat-beratkan
suaranya.
• Riya’ dengan amalan.
• Riya’ dengan teman dan orang-orang yang mengunjunginya.
Misal: Teman-teman/orang-orang yang mengunjunginya adalah para ustadz/ulama,
maka ia menjadi bangga dan mengharap pujian dari hal tersebut.
• Riya’ dengan mencela dirinya dihadapan manusia.
• Seorang beramal dengan amal ketaatan dan tidak
seorangpun mengetahuinya, ia tidak ingin tenar. Akan tetapi jika ia dilihat
manusia, ia menginginkan diawali/dihormati dengan pengucapan salam.
• Menjadikan perbuatan ikhlasnya itu sebagai wasilah
terhadap apa yang dia inginkan.
E. Solusi Agar Terhindar Dari Riya’
Diantara solusi agar kita terhindar dari perbuatan riya’
adalah sbb:
• Mengetahui jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk
dunia dan mengetahui jenis-jenis riya’ serta factor-faktor pendorong perbuatan
riya’
• Mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla.
• Mengenal/mengetahui apa yang telah Allah persiapkan
untuk akhir kehidupan.
• Takut dari beramal untuk kepentingan dunia.
7.
Suma’ atau Cari-cari nama atau kemashuran
8.
Bukhul atau Kikir
Kikir dalam bahasa Arab disebut
sebagai bakhil dan menurut istilah berarti sifat seseorang yang amat tercela
dan hina, tidak hendak mengeluarkan harta yang wajib di keluarkan baik dalam
ketentuan agama seperti zakat, nafkah keluarga atau menurut ketentuan
perikemanusiaan seperti sedekah, infak, dan hadiah (Aip Hanifatu Rahman,
2009:-). Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya at-thibbu ar-ruhi mendefinisikan
kikir sebagai sifat enggab menunaikan kewajiban, baik harta benda ajau jasa
(Joko Harismoyo, 2013).
Larangan berbuat kikir
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat
29
“dan janganlah engkau jadikan
tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya
(sangat pemurah) nanti kamu akan menjadi tercela dan menyesal”. Maksud dari
ayat ini adalah mengingatkan kita agar tidak terlalu kikir dan jangan pula
terlalu pemurah.
Dalam tulisan milik Aip Hanifatu
Rahman, 2009:- perbuatan kikir disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Karena hartanya merasa milik
sendiri
2. Karena takut harta mereka
berkurang. Hal ini sebagai mana tercantum dalam firman Allah SWT dalam Surat
Al-Baqarah ayat 268
“setan menjanjikan (menakut-nakuti)
kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah
menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha
Mengetahui”
3. Tidak punya rasa kasih sayang
4. Merasa drinya lebih dari orang
lain.
Bahayanya kikir
Bahaya dari sifat kikir tercantum
dalam beberapa surat dalam Al-Qur’an seperti di bawah ini
Surat Ali-Imran ayat 180
“dan janganlah sekali-kali
orang-orang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari
Karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka. Apa (harta) yang
mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) padahari kiamat. Milik
Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti
terhadap apa yang kamu kerjakan.
Naauzubillah mindzalik, betapa
buruknya sifat kikir ini. Dalalam surat itu telah dijelaskan bahwa apa yang ada
di langit dan di bumi merupakan milik Allah semata. Allah SWt yang Mahakaya,
Mahakuasa atau apa yang ada di langit dan di bumi adalah yang Maha Pemberi yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada setiap makhluknya. Rasanya sangat
tidak antas jika kita sebagai manusia yang lemah dan hina ini mempunyai sifat
yang buruk ini. Sangat tidak pantas.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Lail ayat
8-11
“dan adapun orang yang kikir dan
merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan
(pahala)yang terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran
(kesengsaraan).
Surat ini telah jelas ancaman bagi
orang-orang yang kikir bahwa mereka akan dimudahkan jalan kesukaran baginya.
Astaghfirullah jauhkanlah sifat buruk ini ya Allah
Tujuh kerugian orang bakhil (kikir)
Abu Bakar’Ashidiq RA.berkata: “orang
yang bakhil atau kikir tidak bisa lepas dari salah satu tujuh perkata berikut:
- Ketika ia mati, hatnyanya akan diwarisi oleh orang yang
akan menghabiskan dan membelajnjakannya untuk sesuatu yang tidak
diperintahkan Allah
- Allah akan membangkitkan penguasa zhalim yang akan
merenggut seluruh hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu
- Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta
bendanya
- Muncul ide padadirinya mendirikan bangunan di tempat
yang rawan bencana, sehingga bangunan berikut semua harta yang disimpan di
dalamnya lalu ludes
- Dia ditimpa musibah yang dapat menhabiskan hartanya,
seperti tenggelam, etrbakar, mengalami pencurian dan sebagainya
- Dia tertimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis
untuk berobat
- Dia menyimpan hartanya di sebuah tempat,kemudian ia
lupa tempat itu,sehingganya hartanya hilang.”
Rasulullah SAW
bersabda:”hati-hatilah dari sifat kikir kerana sesungguhnya ia telah
menghancurkan umat-umat sebelum kalian.” (H.R.muslim)
Hadist lain yang diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi
“tidak akan masuk surga orang-orang
yang menipu,bakhil (kikir) dan orang-orang yang buruk mengurus miliknya.”
Riwayat lain yang juga diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi
“dan orang-orang yang bakhil (kikir)
itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat pada neraka”
Rasulullah SAW bersabda “ tidak ada
penyakit (hati) yang lebih berbahaya dari sifat kikir”. (cari sumbernya)
Imam Ali bin Abi Thalib (ra)
berkata: jadilah orang yang dermawan tapi jangan jadi pemboros. jadilah orang
yang hidup hemat,tapi jangan jadi orang yang kikir.(Al-Mukhtarah min Hikam
Amiril Mukminin sa: 14 dalam akun instagram bertahajudlah)
Cara Menghindari Sifat Kikir
Dikutip dari tulisan Aip Hanifatu
Rahman, 2009:- dan Joko Harismoyo, 2013 ada beberapa cara menanggulangi sikap
buruk ini antara lain:
1. Keyakinan bahwa segala sesuatu
milik Allah semata.ini seperti surat Ali-Imran ayat 180.
2. Banyak bersyukur atas nikmat yang
Allah berikan
3. Motivasi untuk bersedekah seperti
dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261
“perumpamaan orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai,
pada setiap tangkai ada seratur biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah Mahaluas Maha mengetahui.
4. Senantiasa merenungi bahwa mereka
yang tidak mampu merupakan saudara kita
Doa Terhindar dari Kikir
Saya mendapatkan beberapa doa yang
dapat kita panjatkan agarterhindar dari sikapkikir diantaranya dikutip dari
Pusat Kajian Hadis (-). Dari Sa’ad Ibn Abu Waqqash ra. Bahwasanya Rasulullah
SAW, itu berta’awudz setiap selesai shalat dengan kalimat-kalimat ini (yang
artinya):
“ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-MU dari
dikembalikkannya aku ke masa usia yang sangat lemah, dan aku berlindung
kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlndung kepada-Mu dari fitnah alam
kubur. (HR Al-Bukhari)
Dikutip dari tulisan Muhammad Abduh
Tuasikal, 2012 ada sebuah doa yang berisipermintaan agar kita terhindar dari
kikir yang diambil dari buku Ad Du’aa’ min Al Kitab wa As Sunnah yang
disusun oleh Syaikh Dr. Sa’id bin Wahf Al Qathani hafidzahullah. doa tersebut
adalah Allahumma qinii syuhha nafsii,waj’alnii minal muflihiin “Ya Allah,
hilangkanlah dariku sifat pelit (lagi tamak), dan jadikanlah aku orang-orang
yang beruntung”.
Doa ini diambil dari firman Allah
SWT dalam surat At-Tagabun ayat 16
…… Dan barang siapa dijaga dirinya
dari kekkikiran, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Demikian yang dapat saya tulis, yuk
belajar berbagi jangan jadi orang yang pelit/kikir/bakhil. Jangan tunggu banyak
baru kita mau berbagi, berbagilah meskipun hanya sedikit dan juga ikhlas.
Karena dengan berbagi hati kita akan menjadi bahagia dan berbagi itu tidak akan
mengurangi apapun. Sejatinya apa-apa yang ada pada diri kita semuanya hanya
MilikNya semata. Allah saja yang Maha Kaya itu Maha Pemberi, masa kita malah
jadi makhluk yang enggan berbagi. yuk yuk yuk biasakan berbagi dengan sesama
makhluk
- Hubbul mal atau Cinta kebendaan
- Tafahur atau Membanggakan diri
- Ghadab atau Pemarah
Ghadab (pemarah) artinya sifat
seseorang yang mudah marah. Setiap melihat atau menghadapi persoalan kehidupan
yang tidak disukai sekecil apapun langsung marah. Setiap orang memang dikarunia
oleh Allah SWT gejala emosional seperti senang, susah, geli, dan marah. Dengan
demikian pada dasarnya setiap orang bisa marah, namun karena marah dapat
menimbulkan berbagai akibat negatif, maka Allah SWT dan Rasul-Nya memerintahkan
agar kita dapat menahan marah tersebut. Disamping kita diperintahkan untuk
menahan marah, kita juga dilarang memancing kemarahan orang lain.
2.
Dalil Naqli
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.” ( QS Ali Imran : 37)
Artiya : “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya
Rasulullah saw bersabda: Kekuatan itu tidak dibuktikan dengan kemenangan dalam
bergulat. Tetapi orang yang kuat ialah orang
yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3.
Akibat Negatif Ghadhab
a. Keputusan dan tindakan orang marah
cenderung menambah masalah.
b.
Pemarah menimbulkan kerusakan.
c.
Pemarah dapat merusak hubungan baik
antarmanusia
d.
Dapat terjauhkan dari ampunan dan
surga Allah
4.
Contoh Perilaku Ghadhab
a)
Pak guru marah
pada saat diberitahu bahwa tulisan dan jawaban beliau ada yang salah.
b)
Seorang teman
mudah marah ketika diberitahu bahwa perilakunya telah menunjukkan kesalahan di
depan umum.
c)
Kakak memarahi
adiknya ketika bajunya ditumpahi minuman yang akan disuguhkan kepadanya.
5.
Cara Menghindari Ghadhab
1). Apabila seorang yang sedang
marah itu dalam keadaan sedang berdiri, maka berusaha duduk. Dan apabila
kemarahan itu dilakukan ketika sedang duduk, maka berusaha tiduran atau
berbaring sambil membaca istighfar. Karena kemarahan itu bagaikan bara api yang
hanya dapat dipadamkan dengan air. Sikap duduk dari berdiri dan berbaring dari
duduk adalah bagian dari airnya berperilaku.
2). Apabila sedang marah, maka
berwudulah. Karena berwudu dengan air yang suci dan mensucikan, akan mampu
mensucikan semua tindakan yang kurang suci, seperti kemarahan.
3). Membaca ta’awudz (memohon
perlindungan Allah dari godaan syaitan yang selalu membangkitkan amarah.
12.
Qhibah atau Pengupat
Ghibah (mengumpat) adalah
salah satu perbuatan yang tercela dan memiliki kesan negatif yang cukup besar.
Ghibah dapat mencerai-beraikan ikatan kasih sayang dan ukhuwah sesama manusia.
Seseorang yang berbuat ghibah bererti dia telah menebarkan kedengkian dan
kejahatan dalam masyarakat. Walaupun telah jelas besarnya bahaya ghibah, tapi
masih banyak saja orang yang melakukannya dan menganggap remeh bahaya ghibah
(mengum-pat/menggunjing).
Akan tetapi ternyata ada
beberapa hal yang mengakibatkan seseorang diperbolehkan untuk
mengumpat/menggunjing. Namun sebelum mengetahui kriteria masalah apa saja yang
membolehkan seseorang untuk melakukan ghibah, ada baiknya kita mengetahui
dahulu apa itu ghibah.
Definisi Ghibah
Definisi ghibah dapat kita lihat dalam hadits
Rasulullah e berikut ini:
“Ghibah ialah engkau
menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Si penanya kembali
bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan
itu benar ada padanya ?” Rasulullah e menjawab, “kalau memang benar ada
padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, bererti engkau telah berbuat
buhtan (mengada-ada).” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad).
Berdasarkan
hadits di atas telah jelas bahawa definisi ghibah iaitu menceritakan tentang
diri saudara kita sesuatu yang ia benci meskipun hal itu benar. Ini bererti
kita menceritakan dan menyebarluaskan keburukan dan aib saudara kita kepada
orang lain. Allah sangat membenci perbuatan ini dan mengibaratkan pelaku ghibah
seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Allah S.w.t
berfirman:
” Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
.
Bentuk-bentuk Ghibah yang Diperbolehkan.
Imam Nawawi dalam kitab Syarah
Shahih Muslim dan Riyadhu As-Shalihin, menyatakan bahawa ghibah hanya
diperbolehkan untuk tujuan syara’ iaitu yang disebabkan oleh enam hal, iaitu:
1. Orang yang
mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang
menzhaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang
berwenang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya.
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 148:
“Allah tidak menyukai
ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’ : 148).
Ayat ini menjelaskan bahawa
orang yang teraniaya boleh menceritakan keburukan perbuatan orang yang
menzhaliminya kepada khalayak ramai. Bahkan jika ia menceritakannya kepada
seseorang yang mempunyai kekuasaan, kekuatan, dan wewenang untuk menegakkan
amar ma’ruf nahi munkar, seperti seorang pemimpin atau hakim, dengan tujuan
mengharapkan bantuan atau keadilan, maka sudah jelas boleh hukumnya.
Tetapi walaupun kita boleh
mengghibah orang yang menzhalimi kita, pemberian maaf atau menyembunyikan suatu
keburukan adalah lebih baik. Hal ini ditegaskan pada ayat berikutnya, iaitu
Surat An-Nisa ayat 149:
“Jika kamu menyatakan
kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain),
maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” (QS. An-Nisa: 149)
2. Meminta
bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat
kembali ke jalan yang benar. Pembolehan ini dalam rangka isti’anah (minta
tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke
jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar
ma’ruf nahi munkar. Setiap muslim harus saling bahu membahu menegakkan
kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum
Allah, hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang bathil.
3. Istifta’
(meminta fatwa) akan sesuatu hal.
Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk meminta
fatwa, untuk lebih berhati-hati, ada baiknya kita hanya menyebutkan keburukan
orang lain sesuai yang ingin kita adukan, tidak lebih.
4. Memperingatkan kaum muslimin
dari beberapa kejahatan seperti:
a. Apabila
ada perawi, saksi, atau pengarang yang cacat sifat atau kelakuannya, menurut
ijma’ ulama kita boleh bahkan wajib memberitahukannya kepada kaum muslimin. Hal
ini dilakukan untuk memelihara kebersihan syariat. Ghibah dengan tujuan seperti
ini jelas diperbolehkan, bahkan diwajibkan untuk menjaga kesucian hadits.
Apalagi hadits merupakan sumber hukum kedua bagi kaum muslimin setelah
Al-Qur’an.
b. Apabila
kita melihat seseorang membeli barang yang cacat atau membeli budak (untuk masa
sekarang bisa dianalogikan dengan mencari seorang pembantu rumah tangga) yang
pencuri, peminum, dan sejenisnya, sedangkan si pembelinya tidak mengetahui. Ini
dilakukan untuk memberi nasihat atau mencegah kejahatan terhadap saudara kita,
bukan untuk menyakiti salah satu pihak.
c. Apabila
kita melihat seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang fasik
atau ahli bid’ah dan kita khawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya. Maka
kita wajib menasihati dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut
dengan tujuan untuk kebaikan semata.
5.
Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid’ah
seperti, minum-minuman keras, menyita harta orang secara paksa, memungut pajak
liar atau perkara-perkara bathil lainnya. Ketika menceritakan keburukan itu
kita tidak boleh menambah-nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan
hal itu hanya untuk kebaikan.
6. Bila
seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang, si pendek, si bisu, si buta,
atau sebagainya, maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang
lain langsung mengerti.
Tetapi jika tujuannya untuk
menghina, maka haram hukumnya. Jika ia mempunyai nama lain yang lebih baik,
maka lebih baik memanggilnya dengan nama lain tersebut. Wallahu a’lam
bishshawab
13. Namimah atau Bicara ngelantur dibelakang orang
14.
Kijib atau Dusta
Kadzib (dusta) adalah lawan dari
shidiq (jujur). Kalau shidiq diartikan kesesuaian antara ucapan dengan hati
nurani dan kenyataan yang diucapkan secara terpadu, maka kadzib atau
dusta ketidak sesuaian antara ucapan dengan hati nurani dan kenyataan yang
diucapkan secara terpadu. Ada yang mengartikan dusta dengan ketidak sesuaian
ucapan dengan kenyataan yang diucapkan. Ini kurang tepat karena orang-orang
munafik dikatakan dusta padahal apa yang mereka katakan bahwa Muhammad itu
Rasulullah adalah benar. Mereka dikatakan dusta karena apa yang mereka ucapkan
tidak sesuai dengan hati nurani mereka. Allah swt berfirman : إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ
قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ
يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami
mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui
bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
(QS. Al-Munafiqun : 1)
B. Tercelanya kadzib (dusta)
1. Termasuk sifat orang-orang kafir dan munafik. إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ
اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ Firman Alah : Sesungguhnya yang
mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. (QS.an-Nahl :
105). Baca juga QS. Al-Munafiqun : 1)
2. Merupakan sifat dasar segala sifat tercela. Sabda
Rasululah saw. : عَن ابْنِ مَسْعُودٍ رضي
اللَّه عنه عن النَّبِيَّ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
قال : « إِنَّ الصَّدْقَ يَهْدِي
إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي
إِلَى الجَنَّةِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ
ليصْدُقُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ صِدِّيقاً ، وإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِي إِلَى الفجُورِ وَإِنَّ
الفجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ
، وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّاباً » متفقٌ عليه . Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi
s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya shidiq akan menentukan kepada perbutan
birr (kebaikan), dan sesungguhnya kebaikan akan menuntun ke surga.
Seseorang itu sungguh melakukan kebanaran sehingga dicatat di sisi Allah
sebagai seorang yang ahli melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu
menuntun kepada penyimpangan dan sesungguhnya penyimpangan itu
menjerumuskan kepada neraka. Seseorang sungguh berdusta sehingga
dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berdusta." (Muttafaq
'alaih)
3. Allah menghukum sesat orang-orang yang dusta. Firman
Allah : إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي
مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
“Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat
ingkar...”. (QS. Az-Zumar : 3) 4. Allah mengancam
orang-orang yang dusta dengan siksa yang pedih pada hari kiamat. Firman Allah :
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا
عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ
أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى
لِلْمُتَكَبِّرِينَ
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap
Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi
orang-orang yang menyombongkan diri? “ (QS. Az-Zumar : 60)
C. Macam-macam kadzib
1. Khianat Firman Allah : يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا
اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal : 27) 2.
Melanggarjanji Sabda Rasulullah saw. : آيَةُ
الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ
كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ
وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ “Tanda-tanda
orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak
ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat”. (HR. Muslim)
3. Kesaksian palsu عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ
عَنْ أَبِيهِ قَال كُنَّا
عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ
بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَوْ قَوْلُ الزُّورِ
وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا
حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Dari Abdur Rahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya ra, ia berkata : Kami berada di
sisi Rasulullah saw, lalu beliau bersabda: "Tidakkah engkau semua
suka saya beritahukan perihal sebesar-besarnya dosa besar?" Beliau
menyabdakan ini sampai tiga kali. Yaitu : "Menyekutukan Allah,
durhaka kepada kedua orangtua, dan kesaksian palsu atauperkataan
palsu." Semula beliau saw. bersandar lalu duduk kemudian beliau mengulang-ulangnya
sampai kami berkata : Mudah-mudahan beliau diam. (Muttafaq 'alaih)
4. Mengadu domba Firman Allah : وَلَا تُطِعْ
كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ (10) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (11) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (12) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ
زَنِيمٍ (13) 10. dan
janganlah kamu ikuti Setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, 11. yang
banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah, 12. yang banyak
menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, 13. yang
kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, (QS. Al-Qalam:10-13)
5. Buhtan (berita bohong) Firman Allah : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ
بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا
بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ
نَادِمِينَ “Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu. “. (QS. Al-Hujurat : 6)
D. Dispensasi kadizib
1. Dusta dalam peperangan
2. Mendamaikan dua orang yang berselisih
3. Seorang suami menyenangkan isteinya atau sebaliknya.
Dalam Hadits : عَنْ أُمَّ كُلْثُومٍ بِنْتَ
عُقْبَةَ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيْسَ الْكَذَّابُ
الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ فَيَنْمِي
خَيْرًا أَوْ يَقُولُ خَيْرًا
. وَقَالَتْ لَمْ أَسْمَعْهُ يُرَخِّصُ
فِي شَيْءٍ مِمَّا يَقُولُ
النَّاسُ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ
فِي الْحَرْبِ وَالْإِصْلَاحِ بَيْنَ النَّاسِ وَحَدِيثِ
الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثِ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا Dari Ummu
Kultsum binti Uqbah ra, ia mendengar Rasulullah saw bersabda : “Tidak termasuk
pendusta orang yang mendamaikan orang-orang, lalu ia menceritakan
perkataan yang baik, atau mengatakan yang baik. Ummu Kultsum berkata : Saya
tidak pernah mendengar Rasulullah saw memberikan dispensasi pada perkataan
manusia kecuali dalam tiga hal : peperangan, mendamaikan manusia, pembicaraan
seorang laki-laki terhadap isterinya dan pembicaraan seorang perempuan
terhadapmsuaminya. (HR. Muslim)
15.
Khianat atau Munafik
Pengertian nifak atau munafik adalah merupakan lawan kata
“terus terang” atau “ terang-terangan”. Dengan kata lain, nifak berarti
“menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terkandung di dalam
hati”. Nifak ini mempunyai dua bagian : (1) bertalian dengan masalah akidah,
dan masalah ini yang paling membahayakan. (2) bertalian dengan perkataan atau
perbuatan, dan untuk masalah kedua ini lebih ringan dosanya dibanding yang
pertama.
Al-Qur’an sering sekali membicarakan masalah nifak yang
bertalian dengan akidah, atau seseorang menampakkan iman, tetapi di dalam
hatinya sebenarnya kufur (mengingkari). Allah telah berfirman : “Di antara
manusia ada yang mengatakan : “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,
padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak
menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri
mereka sendiri, sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit lalu
ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka
berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka : ‘Janganlah kamu membuat kerusakan
di bumi’, mereka menjawab : ‘sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan’. Ingatlah , sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. (Q.S. 2 : 8-12)
Ciri-ciri khusus orang-orang munafik telah dijelaskan oleh
Allah sebagai kaum yang suka menimbulkan kerusakan dan gemar melakukan
kejahatan, serta suka membuat malapetaka. Kaum munafik adalah sumber segala
bahaya yang sering mengancam berbagai bangsa di kawasan negara. Sebab utamanya
adalah karena mereka berpura-pura bersikap baik terhadap musuh, tetapi di dalam
hati mereka sedang mencari kelemahan lawan. Dan yang menjadi tujuan utamanya
adalah mencari keuntungan bagi mereka sendiri, walaupun kelakuan itu harus
mengorbankan bangsanya.
Allah telah memperingatkan kepada kita agar bersikap waspada
dan mawas diri menghadapi orang-orang munafik, yang tersebut di dalam salah
satu surat : “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat
balasan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir
menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah
mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnnya semua
kekuatan kepunyaan Allah”. (Q.S. 4 : 135-139).
Orang-orang munafik dapat digolongkan sebagai pengkhianat.
Sebab, sangat banyak bangsa-bangsa yang dirugikan oleh sikap mereka yang
khianat. Karenanya, sangat wajar bila mereka mendapat hukuman dan tindakan
keras. Di dalam istilah sekarang, mereka sering disebut sebagai “barisan
kelima”.
Allah swt. telah memberikan ancaman kepada mereka dengan
siksaan yang sangat pedih di hari kiamat kelak : “Allah telah mengancam
orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka
jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka bagi mereka; dan Allah
melaknati mereka; dan bagi mereka adzab yang kekal”. (Q.S. 9 : 68).
Di dalam ayat lain Allah berfirman: “Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan paling bawah dari neraka”.
(Q.S. 4 : 145).
Sikap nifak juga mendorong seseorang untuk melakukan
perbuatan rendah atau a-moral, seperti riya’, menipu, khianat, bohong dan lain
sebagainya. Semua itu adalah perbuatan yang merusak ketahanan suatu bangsa yang
dapat meruntuhkan eksistensinya.
Di antara sifat-sifat kaum munafik yang disebutkan Al-Qur’an
adalah : “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan
ragu-ragu antara demikian (iman dan kafir); tidak masuk kepada golongan ini
(orang-orang yang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang
kafir)”. (Q.S. 4 : 142-143).
Orang-orang munafik, baik laki-laki maupun perempuan adalah
sama. Mereka selalu berbuat jelek dan berpaling dari perbuatan yang baik.
Mereka selalu menganjurkan perbuatan yang mungkar dan kikir, tidak pernah mau
membelanjakan hartanya untuk jalan kebaikan. Mereka berpaling dari Allah,
karenanya Allah pun berpaling dari mereka. Dan selamanya mereka takkan mendapat
hidayah dari Allah swt. lantaran keingkaran mereka.
Demikianlah sekedar penjelasan mengenai nifak yang
berhubungan dengan akidah. Adapun nifak yang berpautan dengan perkataan dan
perbuatan yang bercorak ragam, Islam juga memberikan kecaman lantaran dapat
menimbulkan akibat-akibat negatif terhadap kehidupan individu dan
masyarakat.
Perbuatan nifak ini adalah termasuk penyakit yang kotor di
dalam kehidupan sosial. Sebagai dampaknya, maka akan lahir sikap saling tidak
percaya di antara anggota masyarakat. Demikian pula akan menghilangkan perasaan
gotong royong. Apabila perasaan saling percaya telah hilang, maka tolong
menolong pun akan lenyap pula. Hal ini dapat mengakibatkan macetnya roda
kegiatan masyarakat, dan kemajuan juga terhambat karena anggota masyarakat
dilanda kelemahan, keguncangan dan kekacauan.
Dalam hal ini Rasulullah mengingatkan kepada kita agar
menjauhi perbuatan nifak, yang bertalian dengan perbuatan :
تَجِدُوْنَ شَرَّالنَّاسِِ ذَاالْوَجْهَيْنِ: الَّذِيْ
يَأْتِيْ هَؤُ لاَءٍ بِوَجْهٍ، ويَأْتِيْ هَؤُ لاَءٍ بِوَجْهٍ (رواه البحاري
“Kamu akan menjumpai orang yang paling jahat, yaitu
orang yang mempunyai dua muka; ia datang kepada suatu kaum dengan satu muka,
dan datang kepada kaum lainnya dengan muka yang lain pula” (Hadits riwayat
Bukhari).
Di dalam sabdanya yang lain, Rasulullah juga menerangkan
ciri khusus nifak secara garis besar :
اَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَا فِقاً خَا لِصًا،
وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ
النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: اِذَا ائْتُمِنَ خَانَ. وَاِذَا حَدَّثَ
كَذَبَ،وَاِذَا عَاهَدَغَدَرَ، وَاِذَا خَاصَمَ فَجَرَ. (رواه البحاري
“Ada empat sifat, siapa saja yang memiliki sifat-sifat itu
berarti munafik. Dan siapa saja yang mempunyai salah satu di antara empat sifat
tersebut, berarti mempunyai sifat nifak sampai ia mau meninggalkannya.
Sifat-sifat tersebut ialah : (1) Apabila dipercaya berkhianat; (2) Apabila berbicara
bohong; (3) Apabila berjanji mengingkari janjinya; (4) Apabila berselisih
selalu curang” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Hadits tersebut, menurut segolongan ulama sangat sulit
dianalisa maknanya. Sebab, sifat-sifat yang dituturkan Rasulullah ternyata juga
ada dikalangan umat Islam yang beriman kepada Allah. Akhirnya para ulama’
sepakat pada suatu kesimpulan bahwa siapa saja yang lisan dan hatinya beriman
kepada Allah kemudian melakukan hal-hal tersebut, maka ia tidak dihukum sebagai
orang kafir atau munafik, dan tidak selamanya sebagai penghuni neraka.
Sebagian ulama’ mengatakan : “Semua sifat-sifat tersebut
memang merupakan ciri-ciri khusus kelakuan orang-orang munafik. Apabila
ternyata pelakunya seorang mukmin, maka ia dihukum sebagai munafik, atau
jelasnya meniru kelakuan orang-orang munafik. Jadi, yang dimaksud nifak bagi
orang beriman di sini bukan berarti memendam sikap kufur dan menampakkan sikap
Islam tetapi nifak di sini hanya bertalian dengan masalah amaliah, dan tidak
bertalian dengan masalah akidah. Sedang nifak yang bertalian dengan akidah hal
tersebut sudah jelas akan menjerumuskan pelakunya ke dalam pengertian hadits
ini.
Barangkali, yang dimaksud dengan hadits ini ialah, bahwa
sifat berbohong, khianat dan merusak janji adalah kebiasaan yang dilakukan oleh
orang-orang munafik. Mereka menganggap perbuatan ini sebagai hikmah dan
kebijaksanaan, yang karenanya mereka menghiasi diri dengan sifat-sifat tersebut
dan mengutamakannya. Dan mereka menjadi kaum kafir lantaran menghalalkan apa
yang telah di haramkan Allah swt. Kemudian mereka menutupi kekafirannya dengan
berlaku nifak. Mengingat keadaan mereka sangat membahayakan kaum muslimin, maka
umat Islam diperintah menjauhi orang-orang munafik atau orang yang meniru
perbuatan orang munafik.
Allah telah membuat suatu perumpamaan di dalam Al-Qur’an
mengenai sikap seorang munafik dengan seseorang yang telah berjanji dengan
Allah untuk mengeluarkan zakat apabila ia kaya. Tetapi setelah Allah memberinya
kekayaan, ia tidak mau membayar zakatnya dan membangkang kepada Allah swt.
Akhirnya ia tergelincir menjadi orang munafik, dan kini menjadi orang yang
merugi.
Terdapat suatu hadits yang menceritakan seseorang bernama
Tsa’ labah ibnu Hatib, ia datang kepada Rasulullah saw, untuk minta tolong :
“Mintakanlah kepada Allah agar memberi kami rezki yang banyak” Nabi saw
menjawab : “Celakalah kau hai Tsa’ labah, bukannya rezki sedikit yang kau
syukuri lebih baik daripada rezki banyak tetapi engkau tak mensyukurinya?” Tsa’
labah tidak putus asa, dan segera kembali kepada Rasulullah saw. untuk
keperluan yang sama. Rasulullah menjawab : “Apakah engkau tidak rela diberi
rezki seadanya seperti halnya aku?” Demi dzat yang nyawaku berada di dalam
genggaman-Nya, seandainya aku menginginkan gunung-gunung menjadi emas dan
perak, maka permintaan tersebut akan terpenuhi”. Lalu Tsa’ labah berkata kepada
beliau : “Demi dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, seandainya anda mendoakan
kepada Allah kemudian Allah memberikan rezki yang banyak kepadaku, niscaya akan
aku penuhi kewajiban kepada yang berhak”. Mendengar perkataan Tsa’ labah,
Rasulullah mengangkat tangannya, dan berdo’a : “Ya Allah berilah Tsa’ labah
rezki harta benda”. Kemudian Tsa’ labah membeli seekor domba, yang dari seekor
domba ini berkembang baik menjadi domba yang sangat banyak. Lama kelamaan, kota
madinah tidak cukup lagi menampung kekayaan Tsa’ labah, terpaksa ia tinggal di
sebuah lembah dekat kota madinah. Sekarang, ia hanya melakukan shalat jamaah
ketika shalat jum’at. Dan setelah peternakannya sangat besar, maka ia
meninggalkan seluruh jamaah shalat. Rasulullah merasa kehilangan, kemudian
ditanyakan kabar beritanya. Kemudian oleh para sahabat, masalah Tsa’ labah
diceritakan. Setelah mendengar cerita Tsa’ labah, Rasulullah bersabda : “Celakalah
Tsa’ labah”, - kata-kata ini diulangi sampai tiga kali.
Kemudian turunlah ayat : “Ambillah zakat dari sebagain harta
mereka.....” (Q.S. 9 : 103).
Dengan turunnya ayat yang mewajibkan zakat ini, maka
Rasulullah mengutus dua orang sahabat untuk mengumpulkan zakat. Rasul berpesan
: “Mintalah zakat kepada Tsa’ labah dan seorang dari Bani Salim”. Lalu kedua
orang utusan tersebut mendatangi rumah Tsa’ labah untuk minta mengeluarkan
zakat, sambil menyerahkan surat dari Nabi saw. Tsa’ labah menjawab : “ Apa arti
semuanya ini, bukankah sama saja dengan jizyah? Tidak lain, ini adalah saudara
(semakna) dengan jizyah, saya tidak mengerti apa maksutnya? Sekarang,
selesaikan tugas kalian, lalu datang kepadaku lagi”. Kedua utusan tersebut
segera bergegas dari rumah Tsa’ labah, langsung menuju Bani Salim. Dan seorang
yang disebut Bani Salim tersebut memberikan untanya yang terbaik sebagai zakat.
Kemudian mereka berdua kembali menemui Tsa’ labah, yang kemudian dijawab
olehnya : “”Perlihatkan surat itu kepadaku”, maka ia segera membacanya,
kemudian mengeluarkan kata-kata: “Ini semakna dengan jizyah, kembalilah kalian
berdua, sebab saya akan berpikir lebih dahulu”. Kedua utusan tersebut kembali
kepada Nabi, dan menceritakan semua dialog dengan Tsa’ labah.
Setelah itu turunlah ayat : “Dan di antara mereka ada orang
yang telah berikrar kepada Allah : ‘Sesungguhnnya jika Allah memberikan
sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah
kami termasuk orang-orang yang saleh.
Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian
karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah
menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah,
karena mereka telah memungkiri kepada Allah apa yang telah mereka ikrarkan
kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta”. (Q.S. 9 : 75-77).
Itulah sikap Islam terhadap kaum munafik yang ibarat parasit
menggerogoti tubuh masyarakat Islam dari dalam, sehingga banyak menimbulkan
penyakit.
Sifat nifak ini sangat populer di jaman sekarang, dan lebih
populer lagi adalah perlombaan dan persaingan hawa nafsu mencari keuntungan
materi dengan cara apapun. Sekarang, saling menipu di antara kawan sudah
menjadi kebiasaan, dan sikap nifak semakin subur. Sudah tak aneh lagi apabila
seorang berjanji atau berhutang, tatapi tidak membayarnya. Pada lahirnya,
mereka menampakkan sikap baik dan jujur, tetapi hatinya dipenuhi rasa iri dan
dengki.
Sastu-satunya penyelesaian menghadapi orang-orang yang
berkarakter nifak, ialah mengisolir mereka dari masyarakat Islam. Di samping
itu, umat Islam harus tidak bersahabat dan bersikap oposisi hingga mereka mau
menyadari dan meninggalkan sifat-sifat yang tercela itu.
16.
Dan
sebagainya
Istana Iblis Dimana?
Subhanallah…Istananya adalah diri peribadi seorang manusia.
Lantas Masuk Iblis Melalui Apa?
Melalui mata mereka merasuk, melalui telinga mereka menusuk,
melalui hidung mereka berjalan, melalui mulut mereka berkendaraan dengan
kencangnya. Dan seterusnya segala lubang ditubuh seseorang jadi sarana masuknya
iblis keistana.
- Mulut jalan masuk memakai kendaraan dusta dan qhibah
- Mata jalan masuk memakai kendaraan melihat yang haram
- Telinga jalan masuk kendaraan biasa mendengar cerita
kosong
- Hidung jalan masuk kendaraan biasa menimbulkan rasa
benci
- Tangan jalan masuk kendaraan merusak
- Kaki jalan masuk kendaraan biasa berjalan berbuat
maksiat
- Perut jalan masuk biasa diisi makanan haram
- Kemaluan dan dubur jalan masuk syahwat juga berjina
Apabila iblis sudah bersemayam didiri seseorang maka
celakalah…!!! Mereka akan berkuasa terhadap segala tingkah laku seseorang
sebagai Pilot.
Begitu Pentingkah Makam Itu Diketahui?
Lebih penting dari tidur, Lebih penting dari makan.
Mengapa Begitu Penting?
Apabila makam tersebut dijadikan istana oleh iblis sebagai
tempat bersemayam maka hancurlah dan celakalah diri seseorang dari dunia sampai
akhirat….Nauzubillah!!!
Adapun
makam diri 7 (tujuh) peribadi seorang manusia adalah:
1.
Makam Qalbi
2.
Makam Roh
3.
Makam Sirri
4.
Makam Khafi
5.
Makam Akhfa
6.
Makam Nafsun Natiqa
7.
Makam Kullu Jasad
Ringkasnya sebagai berikut:
1. Makam Qalbi letaknya
dua jari dibawah susu kiri, tepatnya berada pada Jantung jasmani. Disinilah
tempat iblis bersemayam dengan muatan kemusrikan, kekafiran, ketahyulan dan
sifat-sifat iblis dan inilah yang saya sebut semak belukar juga hewan melata
berbisa. Apabila kita sudah tau hal ini maka seharusnyalah kita berjiarah dan
melakukan pembersihan total agar semua rumput dan binatang melata yang notabene
sifat tercela tidak lagi mengotori makam tersebut. Sejatinya makam ini adalah
tempat Iman, Islam, tauhid, ma’rifah pada peribadi seorang. Jadi, dengan
bersihnya kotoran tadi maka sifat terpuji itu akan bertukar menjadi Pilot.
2. Makam Roh letaknya
dua jari dibawah susu kanan, tepatnya berada pada Rabu jasmani. Disinilah
tempat iblis bersemayam dengan muatan Bahimiyah (Sifat biunatang jinak)
dan sifat-sifat menuruti hawa nafsu. Inilah yang saya sebut semak belukar juga
hewan melata berbisa. Apabila kita sudah tau hal ini maka seharusnyalah kita
berjiarah dan melakukan pembersihan total agar semua rumput dan binatang melata
yang notabene sifat tercela tidak lagi mengotori makam tersebut. Sejatinya
makam ini adalah tempat Sabar tawakkal pada peribadi seorang. Jadi, dengan
bersihnya kotoran tadi maka sifat terpuji itu akan bertukar menjadi Pilot.
3. Makam Sirri letaknya
dua jari diatas susu kiri, tepatnya berada pada Paru-paru jasmani.
Disinilah tempat iblis bersemayam dengan muatan Syabiyah (sifat binatang buas)
yaitu sifat pemarah, pendendam, dhalim dan aniaya. maka inilah yang saya
sebut semak belukar juga hewan melata berbisa. Apabila kita sudah tau hal ini
maka seharusnyalah kita berjiarah dan melakukan pembersihan total agar semua
rumput dan binatang melata yang notabene sifat tercela tidak lagi mengotori
makam tersebut. Sejatinya makam ini adalah tempat Kasih sayang juga ramah tamah
pada peribadi seorang. Jadi, dengan bersihnya kotoran tadi maka sifat terpuji
itu akan bertukar menjadi Pilot.
4. Makam Khafi letaknya
dua jari diatas susu kanan, tepatnya berada pada Limpa jasmani. Disinilah
tempat iblis bersemayam dengan muatan hjasad, dengki juga khianat dan
sifat-sifat iblis yang tercela ini membawa kecelakaan dunia akhirat. Inilah
yang saya sebut semak belukar juga hewan melata berbisa. Apabila kita sudah tau
hal ini maka seharusnyalah kita berjiarah dan melakukan pembersihan total agar
semua rumput dan binatang melata yang notabene sifat tercela tidak lagi
mengotori makam tersebut. Sejatinya makam ini adalah tempat Kebaikan dan sifat
syukur pada peribadi seorang. Jadi, dengan bersihnya kotoran tadi maka sifat
terpuji itu akan bertukar menjadi Pilot.
5. Makam Akhfa letaknya
ditengah dada, tepatnya berada pada empedu jasmani. Disinilah tempat iblis
bersemayam dengan muatan ria, takabur, sombong, ujub, dan sama’ atau
mempamerkan kebaikan diri. Sifat-sifat iblis inilah yang saya sebut semak
belukar juga hewan melata berbisa. Apabila kita sudah tau hal ini maka
seharusnyalah kita berjiarah dan melakukan pembersihan total agar semua rumput
dan binatang melata yang notabene sifat tercela tidak lagi mengotori makam
tersebut. Sejatinya makam ini adalah Ikhlas, khusyu’, tadarru tafakkur pada
peribadi seorang. Jadi, dengan bersihnya kotoran tadi maka sifat terpuji itu
akan bertukar menjadi Pilot.
6. Makam Nafsun Natiqa letaknya diantara kening, tepatnya berada pada pikiran
jasmani. Disinilah tempat iblis bersemayam dengan muatan nafsu amarah yang
senantiasa mendorong orang untuk melakukan kejahatan tidak berperikamunisiaan,
sifat ini juga selalu biang penghambat dalam meciptakan perbaikan masyarakat,
juga sifat banyak hayalan dan panjang angan-angan. Inilah yang saya sebut semak
belukar juga hewan melata berbisa. Apabila kita sudah tau hal ini maka
seharusnyalah kita berjiarah dan melakukan pembersihan total agar semua rumput
dan binatang melata yang notabene sifat tercela tidak lagi mengotori makam
tersebut. Sejatinya makam ini adalah tempat Sifat tentram dan pikiran
tenang pada peribadi seorang. Jadi, dengan bersihnya kotoran tadi maka
sifat terpuji itu akan bertukar menjadi Pilot.
7. Makam Kullu Jasad letaknya ada dua (1) di pusat (2) di ubun-ubun, tepatnya
meliputi seluruh tubuh. Disinilah tempat iblis bersemayam dengan muatan gahflah
atau sifat kejahilan, kebendaan, kelalaian atau alfa. Inilah yang saya sebut
semak belukar juga hewan melata berbisa. Apabila kita sudah tau hal ini maka
seharusnyalah kita berjiarah dan melakukan pembersihan total agar semua rumput
dan binatang melata yang notabene sifat tercela tidak lagi mengotori makam
tersebut. Sejatinya makam ini adalah tempat Ilmu dan amal pada peribadi
seorang. Jadi, dengan bersihnya kotoran tadi maka sifat terpuji tadi akan
bertukar menjadi Pilot.
Dengan
Apa Peribadi Seorang Membersihkan Makam Diri Yang Kotor…?
Sabda
Rasululloh SAW:
Untuk membersihkan kotornya makam diri adalah dengan
Dzikrullah, yaitu berzikir kepada Allah. Disini kita memakai pembersihnya
dengan Asma’ Allah atau Nama Allah. dibaca: “Allah-Allah” pada setiap makam.
Allah
SWT Berfirman Dalam Al Qur’an Surat Al-Furqan-70:
1. Makam Qalbi: Zikir Allah-Allah sebanyak 5000 x
2. Makam Roh: Zikir Allah-Allah sebanyak 1000 x
3. Makam Sirri: Zikir Allah-Allah sebanyak 1000 x
4. Makam Khafi: Zikir Allah-Allah sebanyak 1000x
5. Makam Akhfa: Zikir Allah-Allah sebanyak 1000 x
6. Makam Nafsun Natiqa: Zikir Allah-Allah sebanyak 1000 x
7. Makam Kullu Jasad: Zikir Allah-Allah sebanyak 1000 x
Firman
Allah SWT dalam Al Quran Surat Asysyam ayat 7-10:
Maka, Zikir “Allah-Allah” tersebut kalau dijumlahkan
keseluruhan menjadi 11.000 x (hatam besar) dan kalau mampunya hanya 5000x pada
makam qalbi maka itu disebut hatam kecil.
Selama kotoran makam itu belum di bersihkan maka IBLIS
akan senantiasa menjadi PILOT dengan mengendarai seorang manusia untuk
senantiasa melakukan perbuatan tercela, sementara manusia itu sendiri sulit
untuk berkelakuan terpuji karena jiwanya telah dirasuki oleh iblis.
Jangan heran apabila dimuka bumi ini kita melihat banyaknya kehancuran akibat
tangan-tangan manusia. Semua itu dalangnya adalah iblis yang bersemayam
dikerajaannya.
Apa Keuntungan Utama Melebihi Segalanya dari Bersihkan makam
Diri Itu?
Kebersihan adalah sebagian dari pada iman, dan kebersihan
itu pangkal kesehatan. Tentunya, kalau makam diri sudah bersih dan senantiasa
dijaga kebersihannya maka prilaku seseorang itu akan sehat dan iman seseorang
itu akan kokoh tidak berbuat sesuatu yang tercela.
Dengan seseorang memiliki perbuatan terpuji itu baik lahir
maupun bathinnya tentulah permukaan bumi ini akan aman dan kehancuran akibat
tangan manusia tadi tidak akan terjadi. Tidak akan saling mengahancurkan satu
sama, dan masih banyak lagi cerita indah yang tidak cukup dilukiskan disini.
Dari semua itu, ada keuntungan utama melebihi semua yang
saya sebutkan sebelumnya yaitu Sucinya “Makam Robbaniyah”. Dialah
implementasi Roh yang Suci dan paling halus yang disebut “Hakekat diri
sebenarnya diri.”
Dialah induk dari semua makam. Dialah yang dapat mendekati
Tuhan. Rasululloh bersabda:
“Di dalam tubuh anak adam ada segumpal daging apabila baik,
maka baiklah seluruh jasad dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasad.
Ketahuilah bahwa dia itu adalah “Hati”
Oleh karena itu, dengan mendahulukan penelitian dan
pengenalan diri sendiri akan menjadi kunci mengenal “Sang Maha Pencipta.”
Mengenal Sang Maha Pencipta” itu adalah awal agama.
“Awaluddin
Ma’rifatulloh: Awal Agama Mengenal Allah”
Bagaimana
cara mengenal Allah?
Untuk
mengenal Allah maka Kenal Dulu diri.
Rasululloh
SAW bersabda: